Ada orang yang tau kapan waktunya diam, kapan waktu bicara dan kapan waktunya saling berbagi dan orang itu yang disebut sahabat.
Sahabat lah yang selalu ada dalam keadaan suka maupun duka.
___________
Happy reading..
Beberapa Minggu telah terlewati setelah kejadian kepala Aqila terbentur pintu, waktu itu sakitnya udah hilang tapi malunya masih membekas sampai sekarang. Dan pemilihan ketua OSIM baru pun sudah dilaksanakan dan hasilnya ketua OSIM yang baru adalah Elvano Diandra kelas sebelas IPA sedangkan wakilnya adalah Muhammad Alif Mudzakky kelas sepuluh IPK .
Aqila dan Zahira juga masuk pada pengurus Osim, ya waktu itu ada beberapa orang yang dari kelas keagamaan 1 juga ikut andil dalam penggurus Osim , disamping itu Aqila dan Zahira juga ikut ekstrakulikuler Rohis, sementara Lia ikut ekskul seni musik karena dia memang ahli di bidang tarik suara, sedangkan Nindi ikut ekskul bela diri.
Dan sekarang adalah serah terima jabatan dari pengurus lama ke pengurus baru sekaligus pelantikan. Setelah serah terima jabatan dan pelantikan selesai, Aqila dan Zahira pergi ke kantin untuk membeli air minum karena capek berdiri ditengah lapangan saat mengikuti upacara serah terima jabatan tadi. Namun siapa sangka Lia dan Nindi juga ada dikantin sedang makan. Dan akhirnya ya udah mereka barengan lagi.
"Hebat ya dia itu, udah ganteng, pintar, baik lagi" oceh Nindi yang mulai bicara setelah menelan makanannya.
"Dia siapa Nin? Mana ada orang yang kayak gitu? Kalau ada pun itu pasti langka" Jawab Aqila yang nggak tau 'dia' yang diomongin Nindi.
"Entah, ngomong kok nggak jelas" lanjut Lia.
Sedangkan Zahira hanya menyimak saja.
"Ya ada lah Qil, orang dia satu lokal dengan kita, ganteng iya, baik iya, sholeh juga iya kan nggak ada kurangnya" jawab Nindi yang semakin memuji orang yang tidak diketahui oleh teman-temannya ini.
Ketika mendengar satu lokal, dalam pikiran Aqila langsung terlintas yang ganteng itu Raka, yang baik itu Bilal karena dia nggak pelit dan juga lucu, yang pintar itu Alif dan yang sholeh itu Reno.
"Maksud Lo Alif" terang Zahira.
Seketika kening Aqila berkerut dan mulutnya ternganga dengan melihat kedepan, yang ia pikirkan banyak orang sementara jawaban Zahira hanya satu orang. Benarkah hanya satu orang? Kenapa Aqila bisa memikirkan orang sebanyak itu?.
Lia keselek makananya karena mendengar jawaban Zahira tadi alhasil dia meneguk habis minuman Aqila yang ada didepannya itulah yang membuat Aqila menganga.
"Hehe, maaf Qil nanti gue ganti ya" kata Lia ketika ia sudah tenang.
"Nggak apa-apa, jangan diganti Aqil udah nggak haus lagi kok" jawab Aqila dengan senyumnya karena dirinya memang tidak keberatan akan hal itu. Jika haus maka ia tinggal beli sendiri tanpa harus diganti.
"Lo suka ya sama Alif?" Selidik Zahira yang curiga kenapa juga Nindi memuji laki-laki biasanya kan kalo ngomong tentang laki-laki pasti ujung-ujungnya kesel terus, apalagi ketika membahas Raka.
Sekarang baru Nindi memahami kalimat Aqila waktu itu, kemaren ia hanya menganggap kata-kata Aqila hanya sebagai angin lalu saja. Tapi sekarang ia melihat apa yang Aqila lihat. Benar, selama ini ia menutup mata akan kebaikan Alif. Dirinya terlebih dahulu berprasangka buruk.
Nindi melirik Zahira sekilas tapi setelah itu dia fokus lagi ke makanannya dan menjawab dengan santai.
"Enggak kok, gua nggak suka dia tapi gua kagum dan iri aja sama dia, bisa memborong semuanya, udah ganteng, prestasinya banyak, hafizh qur'an pula dan sekarang dia wakil ketua Osim padahal kan masih kelas sepuluh, sedangkan gue nggak ada apa-apanya dibanding dia." jelas Nindi panjang lebar mengeluarkan apa yang ia pikirkan tentang Alif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Menentukan [End] ✅
Teen Fiction{Part Lengkap} Bagaimana jadinya jika seseorang yang awalnya bersahabat baik tiba-tiba menjadi diam tanpa alasan yang jelas? Waktu demi waktu jarak itu tercipta sangat jauh. Itulah yang dirasakan oleh Afifah Mariah Aqila seorang perempuan manis nan...