Chapter 14

128 54 6
                                    

"Sebagaimana pisau, bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Namun, bisa juga digunakan untuk hal-hal yang merusak, seperti berbuat kejahatan. Demikianlah perumpamaan dunia, yaitu bagaimana kita memanfaatkannya."

••••••••••

Happy reading....

Imam Syafi'i Rodhiallahu 'anhu pernah mengatakan al waktu kassaif bahwa waktu laksana pedang jika kita tidak mampu memanfaatkannya maka sang waktu akan menebas kita.

Waktu adalah modal bagi kehidupan manusia karena dengan waktu manusia bisa mengisi detik demi detik waktunya untuk hal-hal kebaikan yang bernilai ibadah.

Semua orang juga menginginkan cita-cita sukses dunia dan akhirat. Sukses di dunia bahagia di surga. Itu adalah keinginan kita sebagai umat manusia. Tapi apa yang terjadi? Ketika kita ingin melakukan suatu hal yang bernilai kebaikan pasti selalu saja ada gangguannya, bukan karena waktu, suasana, ataupun tempat yang tidak tepat, tapi terkadang diri kita lah yang melalai-lalaikanya, kita merasa itu adalah hal mudah, hal kecil yang bisa dilakukan nanti. Padahal kita tidak tahu bahwa sebenarnya hal yang dianggap mudah, hal yang kita anggap sepele itu bisa saja mengantarkan kita ke surganya Allah. Tapi itu lah yang kita lakukan.

Sholat, adalah salah satu jalan kita menuju syurgaNya. Tapi terkadang kita sering lalai dalam melaksanakan sholat itu sendiri, karena alasan dunia 'ini bentar lagi selesai, nanggung kalo ditinggalkan, iya dikit lagi.' pasti kita juga pernah mengatakan hal seperti itu. Itu adalah tipu dayanya setan untuk selalu menggoda kita dengan hal dunia. Kalau sudah seperti itu pasti akhirnya kita telat sholat atau waktu sudah mau habis baru kita sholat kan? Nauzdubillahi minzalik.

Allah menegaskan dalam Alquran, orang-orang yang lalai itu tak ubahnya seperti hewan ternak.

"Dan sesungguhnya, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” Dalam Al-Qur'an surah Al-a'raf ayat seratus tujuh sembilan.

Lalai merupakan penyakit berbahaya bila seseorang telah terjangkit dan penyakit tersebut melekat pada dirinya.
Maka ia tidak akan menyibukkan diri dengan ketaatan kepada Allah, berdzikir mengingat-Nya, dan beribadah kepada-Nya, akan tetapi menyibukkan diri dengan berbagai perkara yang sia-sia dan jauh dari dzikir mengingat Allah.

Jika ia melakukan salah satu amal saleh, maka amalan tersebut tidak dibalut dengan sifat khusyu, tunduk, kembali atau taubat, rasa takut, dan tidak terburu-buru, benar, serta rasa ikhlas. Demikianlah pengaruh kelalaian yang buruk terhadap keimanan kita.

Ada pun berpaling, maka Allah telah menggambarkan di dalam Al-Qur’an bahwa sifat tersebut memiliki banyak pengaruh yang buruk, dengan akibat dan hasil yang jelek. Allah menyifati orang yang berpaling sebagai tiada seorang pun yang lebih zalim darinya dan ia termasuk golongan orang-orang pendosa. Hal ini sebagaimana firman Allah. “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa.” Dalam Qur'an surah As-sajadah ayat dua puluh dua.

Kemudian keberpalingannya akan menyebabkan kehidupannya menjadi sempit, baik kehidupan di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” Qur'an surah Thaha ayat seratus dua puluh empat

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang