Chapter 43

76 12 1
                                    

Bersikap tidak peduli adalah cara terbaik untuk balas dendam tanpa menyakiti.

_________

Hari ini semua pengurus Osim mengadakan rapat di musholla sekolah. Bukan rapat tapi lebih ke pertemuan dan acara perkenalan dengan pembina baru untuk Organisasi Siswa Intra Madrasah ini. Ini bukanlah pertemuan pertama mereka dalam organisasi tapi ini adalah pertemuan pertama dengan pembina yang baru. Tujuan dari ini adalah untuk saling mengenal dalam berorganisasi dan menjalin silaturahmi yang baik antar sesama anggota, sekaligus untuk menyusun kegiatan Osim kedepannya.

Sembari menunggu semuanya untuk memasuki musholla, Pak Hasan selaku pembina baru berbicara kepada Alif selaku ketua Osim, banyak yang mereka bahas seputar organisasi ini.

"Assalamualaikum" salam Aqila dan Zahira membuat obrolan Alif dan Pak Hasan berhenti. Aqila dan Zahira duduk disudut.

"Aqila, jangan duduk disana. Disini disamping ketua, biar pengurus inti satu baris" ucap Pak Hasan yang membuat Aqila menjawab ragu. Aqila tersenyum kepada pak Hasan dan menyuruh Zahira untuk duduk ke sana terlebih dahulu. Zahira menggeleng tidak mau, ia malah mendorong Aqila untuk berjalan kesana.

Aqila sangat ragu, ia takut apa yang ia pikirkan akan terjadi. Disana itu adalah Alif, ia tidak mau duduk disamping Alif. Dan Zahira saat ini tidak mau di ajak bekerja sama. Sama seperti Aqila, Alif juga sangat gugup saat ini, jangan sampai Aqila benar-benar duduk disampingnya. Tapi ekspresi yang Alif tunjukkan adalah santai, biasa saja, tetap dengan tampang coolnya, padahal jantungnya saat ini tidak seperti itu.

Dengan berat hati Aqila melangkahkan kakinya karena sedari tadi Zahira selalu mendorongnya, benar-benar sahabat yang tidak bisa diajak kompromi.

Aqila duduk tepat disamping Alif, dengan jarak yang terbilang cukup jauh, tapi setidaknya itu masih bisa dibilang duduk disamping ketua bukan?. Apa yang sempat Aqila pikirkan benar-benar terjadi saat ini.

Alif berdiri dari duduknya dan langsung berjalan kearah keluar seolah ada yang sedang ia cari, tidak lama setelah itu ia kembali lagi, tapi tidak duduk ditempatnya tadi, tapi sebaliknya. Ia duduk disampin pak Hasan, di sebelah  yang masih kosong. Dan Aqila yang langsung bersampingan dengan pak Hasan karena tidak ada Alif lagi disana.

Aqila tercengang dan termenung melihat sikap Alif ini, tapi setelah itu ia tersenyum dibalik masker yang ia pakai. Miris, hatinya miris melihat ini. Di satu sisi, ia tidak ingin dekat dengan Alif tapi ketika Alif langsung berpindah tempat? Hati Aqila sakit, sebenci itukah Alif kepadanya?. Sungguh hati Aqila sangat sakit melihat ini.

"Sabar" bisik Zahira disamping sambil mengusap tangan Aqila yang berada diatas pahanya. Aqila melihat Zahira setelah itu ia tersenyum. Ia sudah terbiasa dengan ini semua, ia kuat untuk menghadapinya.

"Lo hebat Qil" bisik Zahira lagi dan mendengar itu Aqila tertawa. "Memang, Aqil memang hebat" kekehnya.

"Tenang aja, gue akan beri dia pelajaran setelah rapat ini selesai" ucap Zahira yang terdengar menggelikan ditelinga Aqila.

"Oh ya? Jangan, kasian dia. Nanti dia tidak berdaya, biarkan saja apa yang mau dia lakukan. Aqil nggak peduli" balasnya tersenyum dan Zahira hanya mengangguk. Tapi Zahira akan tetap bertanya mengapa Alif seperti ini.

"Aqila atau Zahira yang akan menjadi pembawa acara kita saat ini?" Suara pak Hasan yang membuat Aqila dan Zahira memindahkan pandangannya.

"Aqila pak, saya yang jadi notulen nya" jawab Zahira membuat Aqila berdecak kesal. Dengan seenaknya saja Zahira mengatakan Aqila yang akan jadi moderator. Ya sudahlah, Aqila menerimanya. Toh dirinya juga tahu bahwa Zahira paling anti dengan yang namanya berbicara didepan umum, selama ini belum pernah Zahira sama sekali yang menjadi moderator, ia hanya menjadi notulen saja.

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang