Prologue

972 117 62
                                    

Hal sekecil apapun yang kamu alami saat ini tidak akan pernah terulang lagi, maka manfaatkanlah hal kecil itu dan lakukanlah sebaik mungkin.

-Afifah Mariah Aqila-

Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad Wa'ala Alihi Sayyidina Muhammaad

Sholawat kepada nabi Muhammad SAW, junjungan para umat dan nabi akhir zaman itu tidak terlepas dari bibir seorang gadis yang berseragam abu-abu dan menyandang tas berwarna merah hati itu, ketika ia menginjakkan kakinya ditempat ini, tempat dimana ia akan menuntut ilmu untuk tiga tahun kedepan, tempat yang akan menjadi saksi dirinya di masa-masa putih abu-abu.

Berjalan sambil menikmati setiap bangunan-bangunan berwarna hijau itu, sungguh warna yang menyejukkan dipandang mata, betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan dan betapa jarangnya kita mensyukuri nikmat itu? Terkadang kita menganggap bahwa nikmat itu hanya rezeki yang berupa uang dan materi semata, benarkan? Ternyata kita salah, karena nikmat itu banyak macamnya, diantaranya adalah nikmat kesehatan, kita masih bisa berjalan dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tapi lihatlah kita terkadang lupa mensyukuri nikmat yang satu itu.

Ya, terkadang diriku juga begitu.

Melihat-lihat tempat ini, matanya tak sengaja menangkap seorang wanita yang ia rasa sangat mengenal wajah itu, cara berjalan itu, dan tidak menunggu lama ia langsung memanggilnya.

"Zahiraaa"

Panggilnya yang hanya bermodalkan keyakinan, jika benar maka Alhamdulillah jika itu salah orang maka bersiaplah. Bersiap untuk malu.

Merasa namanya dipanggil Zahira menoleh kebelakang, lama ia terdiam, mengamati dan berusaha mengingat namanya dan...

"Aqila?"

"Iya, Zahira kan?"

Yang di angguki langsung oleh Zahira, dalam hati Aqila mengucap syukur karena dia tidak salah orang.

"Hey, kamu kenapa Qil? Kok senyum kayak gitu? Btw, kamu sekolah disini juga?"

Senyum yang awalnya bahagia tiba-tiba langsung kendur ketika mendengar pertanyaan itu. Jika dirinya tidak sekolah disini, ngapain dirinya ada disini dihari pertama sekolah? Pertanyaan konyol. Aqila hanya geleng-geleng kepala ketika berbicara dengan pikirannya.

"Nggak apa-apa kok, Aqil hanya kepikiran tentang pertemuan kita kali ini persis dengan pertemuan kita dulu"

"Dulu?"

"ya, apakah Zahira sudah lupa, dulu kalau Aqil nggak salah Zahira lah orang yang Aqil kenal pertama kali ketika kita di MTsN dulu dan Zahira jugalah orang yang menjadi teman pertama Aqil" jeda sejenak ia melanjutkan kalimatnya. "Lihatlah sekarang, Zahira juga yang menjadi teman pertama Aqil di MAN ini. Lucu bukan?" Aqila terkekeh kala mengingat itu.

"Hmm, ralat kalimatnya" mendengar itu kening Aqila berkerut tanda ia tidak paham, apanya yang salah? "karena ini bukanlah teman pertama tapi pertemuan pertama disini"

"Dan lucunya selama kita di MTsN dulu kita nggak pernah bertemu padahal kita tetanggaan kelasnya, bertemu yang berbicara itu hanya waktu kita perkenalan pertama kali waktu MOS dan setelah itu jika bertemu lagi kita hanya saling sapa dengan senyuman saja tak ada niat untu bicara. Hahahaha, lucu juga ya kalo di ingat-ingat" ucap Zahira yang ditanggapi tawa oleh Aqila.

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang