Biarkanlah apa yang sudah terjadi, masa lalu itu untuk dikenang dan dijadikan pelajaran bukan untuk di ungkit ataupun dihakimi kembali.
_______
Terjebak dalam situasi seperti ini sangatlah mereka hindarkan. Usai terkejut mendengar ucapan ibu tadi, sekarang Aisyah memaksa Aqila ikut dengan mereka untuk memakan Eskrim. Aqila sudah berusaha menolak tapi Aisyah malah menangis dan Alif berusaha membuat Aisyah mengerti namun bukan tangis yang berhenti tapi tangisannya yang menjadi-jadi.
Dengan berat hati, Aqila tetap mengiyakan ajakan Aisyah daripada melihatnya menangis ditepi jalan, dan Aqila tidak setega itu melihat anak kecil menangis, apalagi itu karena dirinya. Sedangkan Alif, jangan ditanya dia sungguh merasa bersalah pada Aqila karena ponakannya ini.
"Tatak cantik mana ekim nya? Ekim icah ini" sambil melihatkan es krim nya kedepan Aqila. Tidak perlu dilihatkan segala karena Aqila pasti akan melihatnya, yang namanya anak kecil pasti seperti itu. Jadi Aqila hanya menjawab bahwa bahwa minumannya sedang dipesan. Tadi Aqila memakan es krim tapi sekarang dia meminum Bubble drink. Dan Aqila hanya berharap setelah ini dia tidak akan bersin-bersin.
"Maafin Aisyah ya Qil" ucap Alif memecahkan kecanggungan. Aqila terdiam, apa yang harus ia jawab? Melihat Alif didepannya saat ini saja sudah membuat jantungnya berdetak tidak normal apalagi berbicara. Entah itu canggung atau apa, ia tidak mengerti.
"Untuk apa? Icah masih kecil nggak tau apa-apa. Biasa aja" Jawab Aqila tanpa melihat lawan bicaranya. Ia hanya fokus pada Aisyah yang memakan Es krim nya dengan celemotan.
Alif tersenyum getir. Benar, bukan Aqila yang dia kenal dulu. Aqila yang ia kenal pertama kali adalah Aqila yang sering bercanda, menebar senyum dan itu sangat menyejukkan ketika dilihat. Dan apa yang terjadi saat ini Alif tahu, mungkin memang ini adalah salahnya. Satu lagi Aqila seperti ini karena menjaga batasannya.
"Orang tuanya ganteng dan cantik pantasan anaknya cantik, umur berapa anaknya dek. Semoga kalian dijauhi dari niat-niat jahat ya" datang seorang pelayan kedai itu yang sudah sedikit tua. Sepertinya sudah memiliki 2 orang anak.
"Hehe, dia bukan anak kami buk. Dia adek kami" ucap Aqila malu ditambah kesal. "Ooh kirain anak kalian. Maafin ibu ya" ucap ibu tersebut dan setelah itu berlalu pergi.
"Aih, apakah Aqil setua itu sudah dianggap punya anak segala" ucapnya kesal. Melihat itu Alif terkekeh kecil.
"Mungkin" jawab Alif. Yang membuat Aqila melotot tak percaya. Apakah Alif juga menganggap dia tua?
Sepertinya itu adalah balasan Alif ketika Aqila memanggilnya dengan panggilan Om. Dan sekarang lihatlah giliran Alif yang mengatakan bahwa ia tua walau itu hanya bercanda. Seharusnya kita sadar bahwa Allah itu maha adil.
"He, orang cantik gini di anggap tua. Dasar" Aqila mencebik kesal, tidak terima apa yang Alif ucapkan.
"Bercanda Qil, mana mungkin Qila tua" ucap Alif mengalah daripada nantinya Qila benar-benar mengamuk.
Apakah Alif tidak membencinya lagi? Ucapan itu, suara tawa itu tidak pernah Aqila dengar setelah lamanya mereka saling diam tanpa bicara. Tapi kenapa sekarang Alif terlihat biasa saja seolah tidak memiliki masalah. Apakah diamnya dia dulu sudah ia lupakan? Bencinya, tatapannya apakah itu benar-benar tidak pernah terjadi?. Sungguh Aqila saat ini tidak bisa berpikir. Atau hanya Aqila lah yang tidak bisa tenang selama ini hanya karena diamnya Alif?.
Email, ya Allah. Kenapa kata-kata yang ia tuliskan itu seolah nyata, apa benar dia sudah menyesalinya? Atau hanya harapan belaka. Aqila canggung itu karena pesan itu.
Apakah Aqil harus bertanya padanya, kenapa dia diam dan tidak pernah bicara pada Aqil ? Dan kenapa dia sekarang baik-baik saja seolah tidak terjadi apa-apa, apakah pesannya itu benar? Benarkah dia menyesal?. Bolehkah Aqil bertanya. Aqila diam karena sekarang dia sedang diskusi dengan otak dan akalnya walaupun mimik wajahnya kembali normal seperti diawal tadi tapi tidak dengan pikirannya yang kalut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Menentukan [End] ✅
Teen Fiction{Part Lengkap} Bagaimana jadinya jika seseorang yang awalnya bersahabat baik tiba-tiba menjadi diam tanpa alasan yang jelas? Waktu demi waktu jarak itu tercipta sangat jauh. Itulah yang dirasakan oleh Afifah Mariah Aqila seorang perempuan manis nan...