Chapter 3

219 77 16
                                    

"Bro, habis ini Lo kemana?"

"Makan"

"Ikut" Alif memutar bola matanya malas, punya sahabat gini amat. Barisan dibubarkan mereka pergi menuju kantin sekolah.

"Si Raka mana?"

"Mana gue tau"

"CK. Gue ngomong sendiri jangan dijawab" dah biasa, Alif berjalan terlebih dahulu membiarkan temannya itu seperti orang gila karena mencari keberadaan Raka. Karena itu maunya, ngomong sendiri.

"Nah itu dia bocah, kemana aja Lo?" Tanyanya ketika ia melihat Raka.

"Lu gimana sih, kita itu beda kelompok jadi ya wajar gue mencar"

"Bodo amat, eh Alif mana?"

"Bukannya bersama lo?"

"Tadi iya sekarang nggak tau kemana" Raka hanya meangguk-angguk sebagai jawaban. Setelah itu mereka langsung pergi menuju kantin.

"Duluan aja ni anak, dah mesan lu?"

"Belum" singkat padat dan jelas sangking malasnya Alif basa basi.

"Mau nitip pesanan?"

"Tumben Lo baik pasti ada maunya kan lo? Baik secara tiba-tiba" Tuduh Raka.

"Biasanya iya" imbuh Alif.

"CK. Gua baik lu bilang ada maunya, gua diam--

"Ssttt, lo nggak pernah diam. Ingat itu" potong Raka yang membuat Reno menatap tajam arahnya.

"Mau kalian apa sih, jangan sakiti aku kak aku masih polos" ucap Reno seolah teraniaya.

"Lebay Lo" kata raka

"Jijik" Alif jengah dengan mereka berdua. Setelah itu Alif berdiri dan memesan makanannya sendiri tanpa mempedulikan dua makhluk itu.

__________

"Eh, Lo tau cewek yang tadi?

"Yang mana?"

"Yang dihukum tadi?"

"Ooh, emangnya kenapa?"

"Dia cantik juga, gua mau jadiin dia pacar gue"

"Yang mana nya?"

"Yang nutup mulut temannya itu, keknya dia masih polos. Gue mau main-main sama dia."

"Pikiran Lo jorok amat sih. Kapan Lo tobatnya. Yang gua lihat dia itu tertutup banget, dari kemaren gua lihat dia nggak pernah natap lawan jenisnya pasti nunduk terus jika bertemu laki-laki. Masih mau lu dekati dia?"

"Gue coba, lihat seberapa polosnya dia!"

"Gue yang jadi penonton"

Alif mendengar semua percakapan orang itu. Tapi apa pedulinya, emang siapa dirinya yang harus ikut campur urusan mereka. Dia hanya mengedikkan bahu dan setelah itu ia berjalan santai menuju tempat duduknya dengan membawa makanannya.

"Perempuan yang tadi itu kelompok lu kan?" Tanya Reno

"Hmm, dia cantik kan". jawab Raka

"Heleh lu mah kencangnya ke yang cantik mulu. Melihat itu dari hatinya jangan dari fisiknya o'on. Emang kalo buaya itu sudah mendarah daging susah ngilanginnya"

Plak

Tutup botol minuman mendarat tepat di keningnya Reno yang membuat si empu meringis.

"Dasar Lo"

"Lif, Lo nggak ada niat ngomong gitu? Diam aje lu dari tadi" tidak menghiraukan Raka, Reno malah berbicara pada Alif.

"Nggak minat"

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang