Chapter 10

148 61 9
                                    

Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas ada yang kekantin untuk mengisi perutnya ada juga yang ke toilet karena kebelet dan ada juga yang tetap tinggal dikelas.

Aqila sendiri membawa bekal dari rumah dan disinilah mereka sekarang duduk dengan membentuk lingkaran dan makanan didepannya. Nindi, Zahira dan Lia juga ada membawa bekal jadi mereka makan bersama sambil bertukar cerita.

"Sambal emak gue emang paling enak ini mah--hmm Lo mau sambal gue nggak" Nindi menawarkan sambalnya, karena ditawarkan kenapa nolak mereka ya langsung ngambil.

"Emangnya sambal apa sih? Penasaran gue"

"Ya udah ambil"

"Gimana rasanya?" Tanya Nindi lagi ketika Zahira dan Lia menyicipi sambalnya.

"Enak" katanya yang kembali memasukkan makanan ke mulutnya.

"Eh Lo bawa apa Qil?"

"Aqil bawa rendang, coba deh gimana rasanya" tawar Aqila yang sedari tadi hanya diam menyaksikan teman-temannya itu.

"Enak, Lo yang masak?" Tanya Lia. Mendengar itu Aqila hanya terkekeh apakah dirinya bisa memasak rendang seenak itu? Dirinya sendiri masih ragu.

"Enggak, hehe. Itu mah buatan ibu" jawabnya jujur karena memang begitulah kenyataannya. "Ooh, gue kirain Lo yang masak, eh-- emangnya Lo bisa masak Qil?"

"Siapa? Aqil?" Dijawab dengan pertanyaan olehnya.

"Enggak, gue nanya Zahira kok"

"Haha, bercanda Nin, Aqil bisa masak tapi yang simpel-simpel aja kalo rendang Aqil kurang yakin" diakhiri kekehan olehnya.

"Masih mendingan itu Qil, sedangkan yang nanya aja nggak bisa apa-apa" sambung Zahira yang membuat Nindi melotot kesal kearahnya.

"Beneran?" Tanya Lia.

"Ya beneran lah, ya kan Nin?" kata Zahira sambil menaikkan alisnya dan menahan tawa melihat ekspresi Nindi sekarang.

"Jangan percaya, dia memfitnah"

"Lo yakin? Perasaan Lo tadi malam minta beliin makanan ke gue kan dan itu karena Lo nggak bisa mas--mmmpphh" mulut Zahira langsung disumpal pake nasi oleh Nindi barulah Zahira diam.

"Kenapa?" Melihat itu membuat Aqila dan Lia bingung. Apa yang salah?

"Hehe, nggak ada kok, ni anak mulutnya terkadang emang pengen disumpal" jawab Nindi tanpa rasa bersalah. Setelah menghabiskan nasi yang dimulut nya Zahira kembali ngomong.

"Eh, tadi malam gue ketemu sama Reno waktu beli nasi goreng untuk ni anak" sambil menunjuk ke arah Nindi. "Lo tau nggak Qil?"

"Apanya? Aqil nggak tau?"

"CK. Gue belum selese ngomong, jangan dipotong dulu"

"Ooh, hehe. Ya udah lanjut"

"Hmm, tunggu bentar gue habisin nasi gue dulu, nanggun tinggal sesendok" ucapnya lagi, dia yang ingin bicara dia yang minta tunggu. Duhh, Zahira Zahira. Aqila dan Lia hanya bisa geleng-geleng kepala dan Nindi nggak peduli lagi dengan ucapan Zahira Karena pasti ujung-ujungnya dirinya pasti akan disebut dalam cerita itu.

"Dah siap, Alhamdulillah. Jadi gini--" baru saja ingin bicara tapi ucapannya terpotong oleh salam seorang memasuki kelas.

"ASSALAMUALAIKUM" Aqila yang sedang menyendok makanannya pun jadi tersendat karena salam itu sedikit keras dan mengagetkan. Untung air minumnya masih ada jadi Aqila langsung menengguk habis minumannya sampai habis.

"Ngucap salamnya yang santai Napa woii" tegur Zahira Karena dirinya juga kaget.

"Oh, ngagetin ya? Maap maap. Nggak sengaja" jawab Bilal sambil terkekeh dan meminta maaf karena dirinya benar-benar nggak sengaja. Kirain nggak ada orang didalam.

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang