Yang berlalu biarlah berlalu jadikan itu sebagai pelajaran dan sekarang fokuslah kepada masa depan yang sudah menantiAku kamu dan kita
❤️
_________
"Qil, sebentar lagi bang Alif mu berangkat ke Mesir, nggak tau kapannya mungkin masih lama. Nggak mau ngucapin sesuatu atau selamat gitu?"
"Masyaallah, benarkah? Aqil turut bahagia mendengarnya" tidak terasa semuanya berjalan begitu cepatnya, ternyata satu persatu temannya sudah melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Tapi diantara banyaknya murid satu kelas hanya Alif yang melanjutkan kuliahnya ke Negri Timur Tengah, tepatnya Tanah Afrika dimana universitas Islam tertua ada disana yaitu Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.
"Nggak mau ngomong dengan dia?
Mendengar itu Aqila hanya tersenyum, karena dihatinya tidak ada dendam ataupun benci sedikitpun kepada Alif. Mau ngomong apa? Rasanya Alif sudah benar-benar lupa dengan Aqila.
"Nggak perlu Lia, Aqil selalu mendoakan yang terbaik untuknya"
"Kenapa nggak kuliah kesana juga sih Qil? Kan enak tu kalo sama-sama kuliah diluar negeri? Satu kampus pula"
"Allahuakbar, Terimakasih tawarannya Lia. Karena Aqil sekarang sudah ingin berangkat ke pondok. In Sya Allah selesai dari sini Aqil kuliah. Jika Allah berkehendak".
"Aamiin, aku tunggu kabar bahwa Lo kuliahnya sama dengan Alif?"
"Loh kok gitu?"
"Biar kalian jodoh" terdengar tawa diseberang sana. Nggak ada yang mengatakan jika satu universitas maka nanti akan berjodoh. Percayalah hanya Lia seorang yang mengatakan itu.
"Nggak ada hubungan jodoh sama satu Univ Lia" jawab Aqila geram.
"Pokoknya ada"
"T-i-d-a-k ada" geram Aqila dengan menekankan setiap kata-katanya.
"Ciye si cemberut sedang ngambek, makin jelek dong sekarang. Hahahahah". Tawa membahana diseberang telepon sana. Aqila hanya menyunggingkan senyumnya dan menggelengkan kepala.
"Eh Qil, gue tutup dulu telponnya, nanti pas Lo mau berangkat jangan lupa kabari gue lagi ya. Da, Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam" Aqila menutup panggilannya dan setelah itu ia kembali tersadar.
"Tu kan, Aqil nelpon Lia itu untuk nanyain dia udah sampe kampusnya apa belum, gimana rasanya tinggal ngekos karena Lia itu takut tidur sendiri. Kan itu tujuan Aqil nelpon nya. Ngapain nyampe percakapannya kemana-mana ini. Ah dasar kamu Qil, pelupa amat jadi orang". Ucapnya sendiri.
__________
Setelah menghabiskan waktu selama tiga tahun di Madrasah Aliyah tempat ia menuntut ilmu, semuanya teringat kembali bak kaset lama yang diputar, semuanya teringat tanpa ada yang tersisa. Mulai dari hari pertama menginjakkan kaki sampai hari perpisahan pun terjadi. Semuanya terasa manis sekali, kenangan manis yang rasanya tidak ingin terlewati. Dimana semuanya terangkum mulai dari tawa bahagia, tangis haru dan kecewa. Mengingat itu semua Aqila sudah seperti orang gila tersenyum sendiri di kamar sambil melihat-lihat album masa SMA-Nya.
"Aqiilaaaaa" panggilan dari luar yang mungkin tidak didengar oleh yang di dalam
"Astaghfirullah, ni anak udah mau berangkat masih tiduran aja" rutuk Syafira sambil berjalan ke kamar Aqila.
"Aqilaa" teriaknya sambil membuka pintu kamar.
Bruk
"Aduuh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Menentukan [End] ✅
Jugendliteratur{Part Lengkap} Bagaimana jadinya jika seseorang yang awalnya bersahabat baik tiba-tiba menjadi diam tanpa alasan yang jelas? Waktu demi waktu jarak itu tercipta sangat jauh. Itulah yang dirasakan oleh Afifah Mariah Aqila seorang perempuan manis nan...