"Siapa yang tadi Qil?"
"Orang"
"Aish, kak juga tau, maksudnya kamu kenal?
"Kenal"
"Siapa?"
"Alif"
"What? Serius?"
"Emang wajah Aqil kelihatan sedang boong?
"Masyaallah, gantengnya dia." Dah lah Aqila sudah bosan mendengar kata ini. Alif itu memang ganteng nggak perlu diperjelas lagi.
"Kenapa?" Tanya Syafira selidik
"Nggak kenapa-kenapa!"
"Apa yang sedang Aqil rasakan?"
"Kaget, terkejut dan nggak nyangka aja bisa ketemu sama dia padahal sudah setahun lamanya Aqil tidak tau kabarnya, bahkan namanya saja Aqil tidak pernah mendengar" Canggung dan takutlah yang ia rasakan.
"Jadi?"
"Jadi" beo nya "apa?"
"Apakah dia masih sama seperti dulu?"
"Itu yang bikin Aqil kaget campur bingung. Dia nyebut nama Aqil sambil tersenyum padahal dihari perpisahan saja kami tidak saling bicara dan satu lagi dia itu udah berubah, dan dia--" Aqila teringat dengan email itu, sedangkan tentang itu Aqila tidak menceritakannya pada siapapun.
"Dia kenapa?" Penasaran Syafira karena Aqila mengantungkan kalimatnya.
"Nggak ada" jawabnya menggeleng, 'Qil kamu harus menguatkan hati jangan sampai pertahanan yang selama ini dibangun roboh begitu saja, ingat kata-kata ustadzah kemaren. Jangan sampai kamu kehilangan hafalan karena melihat laki-laki yang bukan mahram mu dan terus memikirkannya. Kata-kata dia kemaren itu hanya untuk tidak membuat kamu merasa bersalah, jangan berharap lebih lagi padanya' Aqila membatin.
"jangan-jangan" ucap Syafira mengantung.
"Jangan-jangan apa?".
"Jangan-jangan Aqil suka sama dia?"
"Aduh" sebuah bantal melayang tepat di wajah Syafira, setelah itu dia tertawa melihat ekspresi Aqila yang sangat sulit diartikan.
"Mungkin dia udah tau kesalahannya dan sekarang dia sadar bahwa selama ini tindakan dia membenci Aqil itu adalah salah. Kakak juga ngerasa alasan dia membenci gara-gara prestasi itu hanyalah alasan belaka."
"Emangnya dia ngapain pake sadar segala?" Tanya Aqila dengan menatap Syafira didepannya sambil tersenyum kecut.
"Kemaren dia kemasukan jin, sekarang udah keluar jin nya" jawab Syafira ngawur.
"Dimana dia kuliah?" Tanya Syafira, melihat kearah Syafira sebentar sebenarnya ia sangat malas membahas tentang Alif saat ini, tapi ia tetap menjawab pertanyaan itu
"University Al-Azhar Kairo Mesir"
"Wow, serius. Masyaallah" harus diingatkan sekali lagi teriak-teriak dikamar orang tengah malam adalah perbuatan tidak terpuji. Membenamkan kepalanya dibawah bantal sambil menutup kupingnya. Sungguh Aqila sekarang ini sedang tidak mood membahas tentang Alif.
Ditambah dengan kejadian tadi yang membuat pikirannya kalut. Kenapa harus tabrakan? Dan yang membuat Aqila tidak habis pikir, setiap kejadian seperti itu kenapa harus Alif?. Dimulai dari pertemuan mereka dulu waktu masih menjadi siswa baru.
"Kak jangan gangguin Aqil, Aqil mau tidur. Mending kakak ke kamar aja sekarang, tanyain kabar calon kakak ipar Aqil yang pengusaha Malaysia itu ya. Byee, Good night my sis" sambil mendorong Syafira keluar kamar, awalnya Syafira nggak mau tapi karena sudah diusir jadi harus pasrah dan keluar. Setelahnya Syafira benar-benar pergi ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Menentukan [End] ✅
Teen Fiction{Part Lengkap} Bagaimana jadinya jika seseorang yang awalnya bersahabat baik tiba-tiba menjadi diam tanpa alasan yang jelas? Waktu demi waktu jarak itu tercipta sangat jauh. Itulah yang dirasakan oleh Afifah Mariah Aqila seorang perempuan manis nan...