Happy reading..
Setelah kejadian siang tadi dimana mendapat pencerahan tentang pasangan dan ditambah selingan atau lebih tepatnya membuat kesal yang dibawakan oleh Afni. Disinilah Aqila sekarang didalam kamar sendirian, yang menemaninya adalah setumpuk buku yang rata-rata isinya tulisan Arab. Ya, karena besok adalah jadwal ulangan bahasa Arab. Tugasnya tidak hanya menghafal mufrodat saja tapi rumus-rumusnya juga, seperti jumlah fi'liyah dan jumlah ismiyah dan masih banyak yang lainnya.
Mungkin dengan cara inilah ia bisa melupakan perkataan Alif tadi pagi yang mana sangat terdengar jelas oleh Aqila, dan itu tidak mau beranjak dari pikirannya sedikitpun. Walau Aqila sudah berusaha menyakinkan dirinya bahwa Alif itu hanya bercanda saja tapi yang namanya perempuan pasti akan baper jika di begitukan. Dengan menyibukkan diri dengan buku mungkin dirinya akan lupa dengan ucapan itu. Maybe..
Kriuk kriuk...
"Kok perut Aqil bunyi-bunyi ya?" Gumamnya sambil mengusap perutnya sendiri.
"Oh, iya Aqil nggak makan malam tadi ya?" Lagi dia menepuk jidatnya sendiri, masak iya makan aja lupa. Maryam sudah memanggil dirinya untuk makan tapi Aqila sendiri yang malas makan karena pikirannya terus berkelana entah kemana, sampai saat ini walau sudah menyibukkan diri dengan buku namun nyatanya? pikirannya sendiri tidak berada di buku itu melainkan sedang keliling dunia.
Melihat sekarang masih pukul setengah sepuluh Aqila pergi ke dapur untuk mencari cemilan agar bisa mengganjal perut.
"Ya Allah kok gelap amat sih ini, apa sudah pada tidur semua orang?" Gumamnya sambil menuruni anak tangga satu persatu. "Eh tunggu, itu bunyi apa?"katanya lagi terdengar bunyi dentingan sendok karena Aqila hampir dekat dengan dapur yang mana meja makan dan dapur itu satu ruangan. Ia menghentikan langkahnya tapi rasa penasaran itu semakin tinggi walau rasa takut sudah menguasai, tapi Aqila tetaplah manusia kepo walau terhadap yang berbau mistis seperti ini. Aqila mengambil sapu dan siap-siap untuk memukul, siapa tau itu maling yang numpang makan kan? Kan siapa tau dia lapar, pikirnya.
Semakin dekat dirinya dengan dapur semakin takut ia melangkah, ingin berbalik lagi ke kamar, tapi sudah terlanjur jauh pintu kamarnya apalagi itu di atas, jadi ia tetap melanjutkan langkahnya . Aqila mulai menghitung satu, dua, tii---gaa......
Bugh
Bugh.
"Hmmm, rasain,ngapain maling dirumah Aqil ha" Aqila terus memukul dengan sapu tanpa melihat siapa yang ia pukul.
"Aqilaaaa, stop---aduuh--sakit ya Allah! Qil udah hentikan--kalo mau bunuh jangan gini caranya" kata orang yang dipukul itu sambil menghentikan sapu.
'Loh, kok suaranya kayak kak Syafira?', Batinnya. Aqila membuka mata pelan-pelan, takut jika itu memang Syafira maka alamat kena marah plus balasan yang ia dapatkan. Dan ternyata---
"Eh, kak Ira ngapain disitu sambil megang sapu segala? Hehe" aktingnya merasa nggak bersalah dan sambil menunjukkan cengiran tanpa dosanya. Wajah Syafira sudah memerah menahan emosi. Alarm berbahaya sudah berbunyi, 'Qil lari cepat Ayo lari', pikirannya berkata.
"Aqiiillaaaaaa" teriak Syafira.
Aqila sudah mengambil ancang-ancang untuk lari tetapi--lebih dulu Syafira menarik jilbabnya.
"Ampun kak ampun, Aqil tadi nggak sengaja" katanya dengan kedua tangan didepan dada sebagai tanda minta maaf tentu sambil meringis ketakutan.
"Ya Allah kak, Aqil udah minta maaf jangan dilihat gitu napa?" Katanya yang juga ngeri melihat Syafira yang sudah sampai pada puncak emosinya. Mungkin jika bukan adiknya, Aqila sudah dimakan hidup-hidup oleh Syafira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Menentukan [End] ✅
Teen Fiction{Part Lengkap} Bagaimana jadinya jika seseorang yang awalnya bersahabat baik tiba-tiba menjadi diam tanpa alasan yang jelas? Waktu demi waktu jarak itu tercipta sangat jauh. Itulah yang dirasakan oleh Afifah Mariah Aqila seorang perempuan manis nan...