Chapter 23

100 33 8
                                    

Yang namanya manusia pasti akan ada masanya dia juga lelah tapi bukan berarti lelahnya sampai menyerah.

Afnan

______________

"Aqil, pergi naik motor sendiri ya" kata Aqila setelah menyelesaikan sarapannya.

"Nggak, hari ini Qila perginya sama Abang Afnan " Sela Maryam cepat.

"Aqil udah sehat kok bu" Jawabnya mantap.

"Nggak, pergi nya sama Abang aja, lagi pun jalannya juga searah, Abang mau ke pesantren dan lewatnya didepan sekolah Aqil juga." Sambung Afni yang juga ikut sarapan pagi. Afni belum pulang ke rumahnya karena nggak dibolehin di Maryam. Sebenarnya pulang dari rumah sakit Afni pengen langsung pulang kerumahnya tapi dilarang, jika dirumah Afni nanti siapa yang akan mengurusnya dan Afnan juga nggak akan dirumah terus karena dia juga punya pesantren dan perusahaan yang juga harus di urus, sementara di sana nggak ada pembantu, itu makanya Afni pulang ke sini, karena apapun alasan yang diberikan Afni tetap saja Maryam lah pemenangnya. Bukan tanpa alasan Afni nggak mau menyewa pembantu karena baginya selagi dirinya bisa mengerjakan semua itu kenapa harus ada orang yang mengerjakannya? dan baginya itulah kesempatan untuk berbakti kepada suami dan dia ingin meraih ridho suami.

Percuma, nggak akan ada gunanya jika Aqil menyela lagi. Dan akhirnya Aqila hanya mengangguk pasrah.

"Tapi, Hanya hari ini aja ya"

"Boleh, tapi syaratnya Aqil nggak boleh terlambat makan dan harus bawa bekal tiap hari biar magh nya nggak kambuh lagi. Aqil dirawat kemaren itu juga karena magh Aqil udah parah dan jangan buat maghnya kronis" jelas panjang kali lebar kak Afni.

pertanyaannya! apa hubungan membawa motor dengan terlambat makan? entahlah, yang jelas baik ibu ataupun kakaknya hanya menginginkan yang terbaik bagi anggota keluarganya, jangan sampai ada yang sakit dan itulah gunanya keluarga saling menasehati, mengingatkan dan melindungi. 

"Siapa juga yang mau sakit kak!" walaupun nggak nyambung, Aqila tetap menjawabnya tapi itu bukan pertanyaan melainkan pernyataannya .

"Kalo nggak mau sakit, makannya harus tepat waktu, jangan ditunda-tunda terus!"

"Aqil nggak pernah menunda-nunda waktu makan kok"

"kalau nggak pernah menunda waktu makan, magh nya aqil nggak akan pernah kambuh lagi" Aqila langsung bungkam.

"tapi kan----" Aqila langsung ditatap tajam oleh Afni "nggak usah membela diri " Aqila membuang nafas pasrah, kalau berhadapan dengan kakak yang satu ini Aqila akan pasrah saja karena setiap kata yang dikeluarkan Afni akan langsung membuat Aqila terdiam dengan fakta yang selalu ada.

Terkadang Aqila berfikir bagaimana kakaknya yang super galak itu bisa mendapatkan suami yang super penyabar kayak Afnan, jika dipikir-pikir Aqila kasian melihat bang Afnan yang selalu sabar. Sebenarnya bukan tentang kesabaran yang dimiliki Afnan, tapi tentang dirinya yang sudah memahami Afni.

____________


"Kakak itu kok nyebelin banget sih, Aqil kan pengen naik motor" gerutu Aqila didalam mobil yang mana sopir dari mobil itu adalah suami kakaknya, Afnan. Sengaja Afnan tidak memakai sopir kali ini, karena dia hanya pergi men-cek perusahaannya sebentar dan ia juga harus pergi ke pesantren.

"Emangnya Aqil diapain sama kakak?" Tanya Afnan penasaran karena semenjak Aqila masuk mobil dia selalu mengoceh, dan ocehannya itu tentang kakaknya yang tak lain adalah istri Afnan. Ketika perdebatan kecil tadi Afnan tidak tahu karena dia lebih dulu menyelesaikan makannya dan pergi ke kamarnya karena masih perlu menyiapkan berkas-berkas penting.

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang