Chapter 34

87 11 26
                                    

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat tanpa kita sadari ternyata bulan suci ramadhan telah pergi.

Disinilah Alif dan Aqila berada dalam ruangan yang sama tapi tidak bertegur sapa, entah apa alasannya yang jelas tidak ada yang ingin memulai terlebih dahulu untuk berbicara seakan-akan mereka sudah terhipnotis oleh buku-buku yang ada didepannya.

Oke, jika alasan mereka saling diam karena ingin fokus pada ujian nanti tidak ada masalah akan hal itu, yang ada itu lebih baik bukan?. Tapi tidak, mereka saling diam dan tidak bertegur sapa mulai dari hari itu, hari dimana Alif tidak menanggapi ucapan Aqila di pagi hari selepas pulang dari musholla sekolah dan sampai hari ini.

Masih ingatkah? Alif yang cuek dan tidak berbicara hari itu? Ya itu benar, dan sampai saat ini dia tidak berbicara pada Aqila. Dan itu hanya pada Aqila saja, sementara pada yang lain dia baik-baik saja tidak ada perubahan pada dirinya, tapi kenapa dihadapan Aqila ia berbeda?.

Apakah wajar Aqila bertanya apa alasannya? Ya sangat wajar dan itu juga harus, kenapa? Karena bagaimana rasanya ketika orang yang selalu menganggu, usil atau bahkan selalu ada tiba-tiba berubah menjadi diam, tidak berbicara, cuek, bahkan melihat pun ia enggan.

Memang benar, komunikasi mereka sebelum itu tidak seperti biasanya, Aqila tidak pernah chattan lagi dengan Alif dan Alif pun begitu, jika tidak ada hal mendesak mereka tidak akan chattan. Tapi walau begitu komunikasi mereka disekolah baik-baik saja, tidak ada perubahan. Namun mengapa sekarang Alif tiba-tiba menjauhi Aqila?

Tidak hanya Aqila yang merasakan perubahan Alif, tapi sahabat-sahabatnya pun begitu, mereka melihat itu bukanlah Alif yang sama. Memang, Alif itu adalah orang yang cuek pada perempuan tapi tidak pada Aqila. Teman-temannya pun mengetahui hal itu.

Sebenarnya Aqila tidak ingin ambil pusing atas perubahan sikap Alif padanya, toh itu adalah hak Alif sendiri bukan? Kenapa Aqila yang dibikin pusing memikirkannya.

Tapi, Aqila ini perempuan, ia memiliki perasaan, orang yang sebelumnya memperlakukan dirinya seperti seorang adik, namun kenapa sekarang dirinya seperti dicampakkan dan dilupakan? Aqila juga punya hati, siapa yang tidak sedih jika dirinya tiba-tiba tidak di anggap setelah sebelumnya ia merasa di spesialkan?.

Lomba yang sebelumnya sudah direncanakan akhirnya terlaksana untuk menambah suasana meriah ramadhan tahun ini, semuanya berjalan lancar dan baik. Ramadhan pun sudah berlalu dan ujian kenaikan kelas langsung menghampiri. Disinilah mereka saat ini.

"Lif, Abu Daud dan An-Nasa'i itu urutan perawi hadis yang ke berapa?" Tanya Reno pada Alif.

"Wih, udah ngafal hadis aja padahal kita kan Ilmu Kalam duluan" jawab Bilal.

"Ilmu kalam bagi Reno itu mudah, karena sudah ahlinya" tambah Alif yang membuat Reno tertawa mendengarnya. Itu pujian atau ejekan?

"Iya lah, Ilmu Kalam mah mudah, tinggal matiin aja lampunya langsung dapat jawabannya" yang di akhiri tawa oleh mereka. "Hahaha iya juga ya, tinggal matiin lampu kan Kalam jadinya" yang dibenarkan oleh Bilal, walau itu nggak ada benarnya sama sekali. Karena Ilmu kalam dalam bahasa Arab biasa diartikan sebagai ilmu tentang perkara Allah dan sifat-sifat-Nya. Oleh sebab itu ilmu kalam biasa disebut juga sebagai ilmu ushuluddin atau ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang penetapan aqoid diniyah dengan dalil atau petunjuk yang kongkrit.

Sedangkan Kalam yang dimaksud mereka itu adalah kelam, dalam bahasa Minangnya Kalam itu gelap atau kelam, itu makanya mereka bilang matiin lampu  karena hasilnya gelap.

Reno juga keturunan Minang dan Jawa jadi tidak heran terkadang dia juga menggunakan bahasa daerah. Sedangkan Alif jangan ditanya dia menguasai beberapa bahasa yang ada di Indonesia mulai dari Jawa, Minang, Sunda, Mandailing dan Melayu padahal dia hanya keturunan Jawa dan Melayu tapi penguasaan bahasanya jangan ditanyakan lagi.

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang