Chapter 20

136 47 4
                                    

Orang unggul adalah penolong bagi yang lemah. Ia bagai mata bagi yang buta, kekuatan bagi yang lemah dan sebuah tameng bagi yang tak berdaya. Ia berdiri tegak dengan menolong yang terjatuh, ia naik dengan mengangkat orang lain.

~Robert Green Ingersoll~

Bukan dia yang selalu memberikan kata-kata manis dan memberikan janji yang selalu di butuhkan. Tapi dia yang selalu ada disaat kita terpuruk, disaat kita lemah tak berdaya lah yang sebenarnya paling di butuhkan.

____________

"

Siap, bersedia, mulai puiiiiitttttt"

Pluit berbunyi begitu nyaringnya, menandakan bahwa perlombaan lari dimulai, semua siswa berantusias menyaksikan perlombaan ini, banyak penonton perempuan berteriak bahkan bersorak ketika seseorang yang menjadi idolanya ada disana. Perlombaan lari yang sedang dilakukan oleh kelas sepuluh IPS dan sepuluh Keagamaan, disanalah Alif yang menjadi salah satu peserta dari kelasnya.

"Ayoo Alif semangat"

"Uuuu, Alif semangat semangat"

"Alif aku selalu mendukungmu"

"Aku selalu bersamamu Liif"

"Alif i love you"

"Alif semangat larinya"

"Alif menang"

Mendengar teriakkan- teriakan dari para fansnya itu Alif tidak menghiraukan nya yang dia pikirkan sekarang adalah garis finish. Bagaimana caranya cepat sampai dan segera bicara pada seseorang yang telah menggangu pikirannya semalaman.

"Nggak malu apa teriak-teriak gitu" risih Lia karena meliht perempuan dari kelas sebelas IPA itu teriak-teriak sambil loncat-loncat nggak jelas melihat Alif berlari di lapangan itu.

"Entah, lebay amat" jawab zahira

"Ganjen amat jadi cewek"

"Husst, nggak boleh ngomong gitu" tegur Aqila mendengar kata-kata itu dari Lia..

"Meleleh aku bang" puji Nindi melihat Alif karena ketampanannya berkali-kali lipat bertambah.

"Ganteng dari mana orang ngeselin kayak gitu" jawab Lia.

'Entah, ganteng dari mananya? Gantengan ayah Aqil lagi dari pada Alif'.  Sambung Aqila dalam hatinya.

Tidak terasa ternyata mereka sedari tadi melihat perlombaan ini sambil heboh sendiri karena kesal mendengar teriakkan semua orang kepada Alif. Menurut Lia ini benar-benar menjengkelkan.

Alif duduk ditepi lapangan sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil, melihat itu para penggemarnya yang ciwi-ciwi itu dengan sigap memberikan sebuah botol minum untuk Alif.

"Alif ini air untuk mu" kata seorang perempuan dengan suara yang dibuat manja. Mendengar suara itu membuat Alif ngeri plus jijik karena dandanan perempuan itu sungguh mencolok dari temannya yang lain tapi walau begitu Alif tetap mengambil air minum itu, karena untuk menghargai pemberiannya.

"Makasih" jawab Alif sambil menerima air itu.

Dan yang paling parahnya lagi perempuan yang diketahui namanya Merlyn itu menatap Alif sangat takjub, kagum dan matanya tidak berkedip sama sekali. Padahal disana banyak laki-laki, diantaranya juga satu kelas dengan Merlyn, kebanyakan dari merekapun memang menganggap Merlyn ini berbeda dari yang lain dalam tanda kutip "ya begitulah"

"Alif aja, kok gue nggak ada?" Itu suara Raka.

"Nggak ada, untuk Lo beli sendiri" Ketus Merlyn "diminum airnya ya Alif" suaranya mendayu, setelah itu Merlyn pergi dan Alif hanya mengangguk pasrah saja. Dan Raka menekuk wajahnya entah itu kesal atau malu.

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang