Chapter 6

162 68 4
                                    


Pulang dari mesjid dengan masih memakai baju Koko lengkap dengan sarungnya, hanya saja kopiahnya sudah dibuka, Alif langsung duduk dimeja makan dan sudah bersiap untuk menyantap sarapan pagi yang sudah disiapkan bundanya. Baru saja ingin menyendok makanannya suara Delina mengagetkan dirinya.

"Dzaky, sudah berapa kali bunda bilang kalau pulang dari mesjid itu ganti baju dulu"

"Lapar bund" setelah itu ia langsung memasukkan nasi itu ke mulutnya. Delina hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Ayah mana?"

Tanya Delina ketika tidak melihat sang suami tidak dengan anaknya, biasanya mereka selalu pulang bersama.

"Ngobrol sama pak Harto dimesjid tadi bund". Delina hanya meangguk-angguk sebagai jawaban.

"Nanti sudah mulai belajar ky"

Alif berhenti mengunyah dan mulai berpikir sejenak, apakah nanti sudah mulai belajar? Dirinya juga tidak tau.

"Kayaknya udah Bun, mungkin"

"Assalamualaikum" salam Burhan-Ayah Alif

"Waalaikumussalam"

"Eh kok nggak nunggu ayah?"

"Nungguin ayah kelamaan, Dzaky udah lapar"

"Hmm, sedikit mencurigakan" sambil mengangkat sebelah alisnya menatap sang anak. Yang ditatap malah menatap balik, seolah bertanya 'apanya yang mencurigakan?'

"Ngapain sih yah, minum kopinya dulu nanti keburu dingin"

Suara Delina menyadarkan ayah dan anak yang sedang tatap-tatapan itu.

"Dzaky dah kenyang bun"

"Ya udah ganti baju sana nanti telat loh"

Dzaky atau yang biasa dipanggil teman-temannya Alif, ia langsung pergi ke kamar untuk menyiapkan perlengkapan sekolah dan siap-siap berangkat.

"Ky, ayah tau"

Suara Burhan menghentikan langkah Alif yang hampir memasuki kamar, 'ayah gue kenapa? Kesambet apaan ya? Apanya yang ia tahu?'. Alif menatap ayahnya lagi tapi kembali suara Delina menyuruhnya untuk bersiap dan akhirnya ia langsung masuk ke kamar.

"Tu anak aneh ya Bun?"

"Kamu yang aneh Yah, dia nggak kenapa-kenapa. Ayah tadi ngobrolin apa sama pak Harto? Curiga bunda!" Katanya yang langsung mendekati suaminya dan mengecek suhu badannya. Siapa tau lagi ngigo.

"Normal kok, tapi ayah ngomong kayak Kesambet gitu. Dzaky biasa aja ayah bilang aneh. Kayaknya ayah sakit kepala deh, nanti istirahat aja, libur kerjanya dulu".

"Enak aja bilang ayah kesambet, tapi emang gerak gerik Dzaky itu berbeda"

"Tuh kan bener sakit kepala ayah datang lagi" lagi Delina mengacak-acak muka suaminya untuk mengecekknya.

"Ingat usia Yah Bun, udah tua. Ingat cucu udah ada" Suara Nara-anak perempuannya, kakak Alif.

________

"Lihatin siapa sih Lo dari tadi"

Semenjak kemaren Aqila memperhatikan Alif, ia merasa bahwa dirinya sudah pernah bertemu dengan Alif sebelumnya. Itu yang ia pikirkan, tapi dimana ia melihat Alif? Wajah itu sudah tidak asing lagi dan nama itu juga pernah ia dengar sebelumnya.

Tidak ada sahutan Nindi langsung berteriak tepat di telinga Aqila.

"Woy Aqila"

"Astaghfirullah, untung nggak jantungan, ucap salam dulu kenapa Nind" cerocosnya

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang