Chapter 40

80 10 7
                                    

Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu. Dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

Qur'an Surat Al-Baqarah : 216

__________

Apa yang akan dilakukan seseorang jika orang lain tidak menginginkannya? Pergi dan menjauhinya bukan?! Ya, itulah yang dilakukan Aqila sekarang, bukan karena ia takut ataupun ia kalah tapi ia lakukan itu hanya tidak ingin menambah masalah.

"Hah, dia butuh waktu katanya!" Setelah mengatakan itu Aqila membenamkan kepalanya dikedua tangan yang ia lipat diatas meja. Aqila paham bahkan sangat paham maksud dari pertanyaan Alif itu, dan setiap yang Alif katakan itu sudah jelas tertuju padanya. Bisa disimpulkan dari pernyataannya kemaren bahwa ia sedang butuh waktu untuk sendiri.

"Maklum, masih labil" sambung Lia setelah itu ia juga menghela nafas panjang

"Dia yang butuh waktu, Aqil yang jadi korban" menegakkan kepalanya Aqila berkata "Sebenarnya, apa yang Aqil bilang didepan kemaren, itu memang ingin Aqil lakukan, Aqil mau minta maaf walaupun Aqil nggak tau salah apa dan Aqil ingin bicara baik-baik dengannya. Tapi, ketika Aqil mau bicara dengan nya dia langsung pergi, dan dia itu terlihat banget mau ngehindar dari Aqil. Hmm, sekarang Aqil tidak tau lagi?" Aqila mengeluarkan semua unek-unek yang ia rasakan, dirinya benar-benar tidak mengerti lagi. Usaha apa yang belum Aqila lakukan? Mengajak Alif berbicara? Sudah, tapi apa yang ia dapatkan? Hanya penolakan, berdiskusi atau berbicara seperti biasanya? Sudah Aqila lakukan, tapi tetap penolakan yang ia dapatkan.

Hanya satu yang belum ia lakukan, yaitu memaksa, memaksa Alif agar ia berbicara. Hanya itu jalan terakhir yang belum Aqila lakukan. Sepertinya untuk yang itu Aqila tidak lagi ingin melakukannya, sekarang ia hanya pasrah. Jika Alif tetap membencinya, silahkan, toh tidak hanya satu manusia di dunia ini.

"Sabar Qil, mungkin dia memang butuh waktu" sambung Zahira menenangkan.

"Butuh waktu? Ya ya ya dia butuh waktu" jeda sejenak " Aqil nggak mau lagi berurusan sama dia. Rasanya Aqil nggak ingin lagi melihat dia terus-terusan melihat Aqil dengan tatapan kebencian, mending Aqil pergi. Jika memang itu keinginannya". Apa yang pernah Aqila pikirkan akhirnya terucapkan, tidak bermaksud untuk benar-benar pindah tapi terkadang dirinya juga lelah. Tidak, jika dilihat diluar sana masalah yang dihadapi Aqila tidaklah seberapa tapi ketahuilah ini adalah masalah pertama yang pernah dihadapi Aqila dengan laki-laki.

"Pergi? Maksudnya gimana?"

"Aqil mau pindah sekolah, daripada disini" jawabnya ngasal, padahal ia sendiri tidak ingin pindah. Jika itu benar terjadi, itu artinya ia sangat bodoh.

"Kenapa lo bisa berpikir seperti itu? Kalau lo pindah itu namanya lo lari dari masalah itu bukan solusi namanya, jika itu sampai terjadi lo sudah buktikan kalau lo itu seorang pengecut" semprot Nindi dengan nada sedikit emosi. Ia tidak habis pikir apakah sedangkal itu pikiran seorang Aqila, apakah menyereh adalah solusi dari masalah.

Apa yang diucapkan Nindi itu benar. Tapi disisi lain Aqila tidak sanggup jika seseorang yang ada didekatnya membenci dirinya. Dari tatapan Alif saja sudah menjelaskan bahwa Alif tidak menginginkannya. Untuk apa bertahan disini jika ada seorang yang tidak menginginkannya.

"Mana Aqila yang pantang menyerah, mana Aqila yang tidak pernah mengeluh, mana Aqla yang kuat, mana Aqila yang berani mengambil resiko, Mana Aqila yang seperti itu? Ha, mana? Gua ingin Aqila kembali pada dirinya bukan kayak orang yang didepan gua sekarang ini?" Tambah Lia dengan suara yang sedikit tinggi sambil menggoyangkan kedua bahu Aqila.

"Lo bukan teman gua, Aqila kami adalah orang yang kuat, orang yang bisa mencari jalan solusi bagaimanapun caranya, dia tidak akan menyerah, selalu ada cara yang dia lakukan. Tapi sekarang?" Menghembuskan nafas panjang sebelum mengatakan "Gua kecewa sama Lo Qil" cerca Zahira panjang lebar.

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang