AUK 12 -

4.4K 353 42
                                    

"Sepertinya, semesta sangat tidak menyukai jika aku dan kamu bersatu."

Woww balek lagi Yuhuu

Call Me Zyaa or Nay okey?

Siplahh.

Ohh iyahh. Di cerita ini tuh banyak kata kata yang kasar yah. Jadi mohon jangan di tiru.

Happy Reading💙

******

Sampai sesuatu yang aku perjuangin, menemukan pemilik aslinya.

Atau mungkin tidak.

Bisa saja dia masih berjuang di kala cowok itu, sudah bersama dengan pilihannya.

"Pusing banget anjir." Umpat Letta memijat pangkal hidung nya.

Ucapan nya pada Regan tadi siang sangat masih kepikiran di otaknya. Entah angin dari mana yang membuat dia berani mengucapkan kalimat seperti itu.

Letta menjambak kasar rambutnya seraya berteriak frustasi. "Aaaaa!!!"

Letta guling guling di atas kasur yang keadaannya sudah seperti kapal pecah. Seragam sekolah nya tadi siang bahkan belum dia ganti sampai sekarang. Alasannya adalah dia mager dan otaknya sedang banyak pikiran.

Dengan rambutnya yang awut awutan, membuat penampakan Letta semakin mirip seperti orang gila yang sering lewat di depan rumahnya.

"Agaknya dia tertekan."

Letta merubah posisi nya jadi duduk. Menatap dua orang cowok di depannya penuh tanda tanya. Sejak kapan mereka masuk? Kenapa dia tidak mendegar suara pintu yang terbuka?

"Lo berdua siapa?"

Kedua cowok di hadapannya sontak mengeluarkan mimik wajah penuh ingin menghujat.

"Gue Aldizar anjing! Sepupu lo!" Desis cowok bernama Aldizar itu kasar.

Bibir Letta membentuk huruf 'o' seraya kepalanya yang mengangguk. "Oh iyah gue inget. Aldizar yang waktu kecil suka kencing di celana, kalau lihat Anjing tetangga."

Aldizar melotot tidak terima. "Sianjir pekok!"

Tidak merespon Aldizar, Letta mengalihkan pandangannya pada cowok ganteng tinggi di samping Aldizar. Matanya menyipit berusaha mengenali orang tersebut.

"Armin." Ucap cowok datar itu seakan tau arti tatapan Letta.

Letta membulatkan matanya. Sedetik kemudian melompat dari kasur dan langsung menghambur pelukan pada Armin.

"Omaygatt! Sepupu ganteng gueeee aaa!" Seru nya histeris. Armin tersenyum kecil melihat Letta. Gadis itu, sama sekali tidak berubah. Masih heboh seperti dulu.

"Gue gak di peluk juga gitu?"

Tanpa melepas pelukannya pada Armin, Letta menoleh pada Aldizar dengan wajahnya yang menyatakan permusuhan. "Kagak. Lo bau borax," ucap nya sadis.

"Si babi." Sinis Aldizar.

"Jadi kalian ngapain ke sini?" Tanya Letta yang sudah melepas pelukannya.

Aku Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang