"Saya bukan yang pertama lagi ya? Sepertinya itu adalah pilihan terbaik yang kamu lakukan."
Happy reading💙
****
Rambut panjang berwarna pekat itu bergoyang kesana-kemari ketika pemiliknya mempercepat langkah kaki saat pagar yang menjulang tinggi disana sedikit lagi tertutup. Begitu membayar ongkos gojek nya, Letta segera turun dan berlari sekuat tenaga menghampiri sekumpulan murid yang tengah mengantri di depan pagar. Melihat tinggal satu orang lagi yang belum masuk maka dia pun berteriak."Woi! Tungguin gue!"
Masih dengan napasnya yang terengah-engah, Letta menarik tangan seorang anak lelaki yang sedang duduk di atas motornya menunggu antrean untuk masuk kedalam sekolah.
"Thu-nggu ... Napas gue, sekarat." Letta menghirup udara banyak-banyak berupaya menetralkan pernapasannya yang nyaris habis. Perempuan itu memegangi dadanya seraya alinya yang ikut berkerut, belum menyadari jika pemilik tangan yang ia cekal rupanya tengah menatap nya dengan sorot terkejut.
"Lo punya min-anjir!"
Perempuan yang napasnya mulai beraturan tersebut segera menarik tangannya ketika melihat seseorang yang berada didepannya tersebut adalah Regan. Terlebih yang membuatnya semakin kaget adalah ketika matanya tak sengaja menangkap sorot terkejut yang bercampur dengan suatu binar pada mata lelaki itu.
Regantara Deovaro. Lelaki yang telah lama tak ia lihat dalam jarak sedekat ini ternyata adalah orang yang dia cekal tangannya tadi. Entah Letta harus merasa percaya diri atau tidak, yang jelas dia bisa melihat secercah binar pada Mata Regan. Entah apa maksud dari itu, yang jelas Letta harus segera menurunkan rasa percaya dirinya.
"Sorry, gak sengaja." Lalu kemudian perempuan itu berjalan kearah belakang motor, ikut mengantri dengan Regan yang berada didepannya.
"Lo mau ngomong apa tadi?"
Dan tanpa disangka-sangka Lelaki itu justru membalikkan badan hanya untuk menanyai Letta.
Sementara Letta terdiam sebentar dengan bibir bawahnya yang sedikit terbuka. "Minum. Gue mau nanya kalo Lo punya air minum."
Lelaki itu menganggukkan kepalanya. Baru saja akan membuka ranselnya, tiba-tiba saja Letta kembali berseru.
"Gak usah! Minum nya Lo simpan aja, gue udah gak haus lagi kok." Letta melambai-lambai kan kedua tangannya.
Regan sedikit kecewa ketika perempuan itu menolak saat ia hendak mengeluarkan botol air minumnya dari dalam tas. Biasanya, Letta sama sekali tidak pernah menolak apapun darinya.
Tanpa banyak bicara pun Regan membalikkan tubuhnya, memandangi seorang murid yang sedang di interogasi oleh Pak Nyoman. Ia berusaha untuk tidak memperdulikan ekstensi makhluk hidup yang kini sedang berdiri dibelakangnya. Kembali lagi hatinya berkecamuk, saat bagaimana ia melihat Letta yang sadar saat tangan yang dia genggam rupanya adalah tangan miliknya. Tidak ada lagi binar yang selalu ia lihat seperti di waktu-waktu lalu. Perempuan itu terkesan biasa-biasa saja saat kembali bertemu dengannya, bahkan terlihat jika tidak suka lagi dengannya.
"Selanjutnya!"
Regan tersadar dari lamunannya saat suara lantang Pak Nyoman menyambangi telinganya. Lelaki itu kemudian turun dan menuntun motornya hingga berhenti didepan Guru galak yang sudah seperti penjaga gerbang neraka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Untuk Kamu
Teen Fiction"Aku Untuk Kamu. Kamu Untuk Dia." Dibuat melayang oleh harapan, di jatuhkan kembali oleh sebuah kenyataan. Mencintai seorang diri selama tujuh tahun itu bukan lah perkara yang mudah. Terlebih disaat orang yang kamu cintai itu ternyata menyukai saha...