AUK 32 -

5.3K 379 82
                                    

"Ada satu hal yang sulit untuk dilakukan dan sakit untuk di coba, Yaitu mengikhlaskan."

Haii, balik lagi!

Update nya kelamaan? Ya mangap. Tugas saya banyak sekali, sibuk juga revisi naskah.

Jam berapa kalian baca cerita ini?

Spam emot yuk.

Oke langsung ajah

Happy reading💙

******

Tubuh Letta  yang masih memeluk anak kucing, mendadak lemas begitu truk melintas di samping nya, nyaris saja menyambar diri nya sebelum menabrak pohon yang tak jauh di depan sana.

"Letta!"

Letta menoleh dengan wajah kaget pada Mama yang berlari kearah nya, diikuti dengan Aldizar dan Armin.

"Kamu gak, papa?" Tanya wanita parubaya tersebut cemas.

Kepala Letta menggeleng lemas. "Supir truk nya gakpapa kan Ma?"

Mama mengangguk, menjawab pertanyaan Letta. Wajah nya pucat pasi, begitu melihat truk bermuatan besar hampir menabrak tubuh anak nya. Untung saja, Tuhan masih berbaik hati, membiarkan Letta tidak terluka sama sekali.

"Kamu buat Mama khawatir tau gak! Ayo ke mobil, ambil air minum dulu. Kamu syok banget pasti." Mama memegang bahu Letta, membantu nya untuk berdiri.

"Sini kucing nya gue buang," kata Aldizar yang hendak mengambil alih anak kucing itu dari Letta.

Letta menyingkirkan tangan Aldizar. "Jangan! Kucing nya mau gue bawa pulang."

"Tapi, gara gara nih kucing, lo hampir ketabrak." Ucap Armin menyalahkan kucing kecil yang terlihat nyaman di pelukan Letta.

"Mama, kucing nya Letta bawah pulang yah?" Letta memohon.

"Tapi--"

"Please Ma."

Melihat wajah memelas Letta, hati Mama sedikit luluh. Dan pada akhirnya dengan terpaksa membiarkan Letta membawa anak kucing tersebut.

"Yaudah, anak kucing nya kamu bawa pulang. Sekarang kita ke mobil dulu yah."

Letta tersenyum. "Makasih ya Ma."

Aldizar berdecak, melototkan mata nya pada anak kucing tersebut. Raut wajah nya terlihat mengesalkan di mata nya.

"Heh Mau kemana kamu?!"

Langkah mereka terhenti, saat seorang ibu ibu berseru pada mereka.

"Gara gara kamu, supir truk nya nabrak pohon! Makanya kalau jalan hati hati! Jangan asal nyebrang ajah, di pikir jalan ini punya nenek moyang kamu."

Wajah Mama terlihat marah. "Maaf, maksud ibu apa yah? Jelas jelas di sini anak saya hampir ketabrak sama truk sialan itu, ibu malah nyalahin anak saya."

Khalayak banyak, mulai berkumpul membentuk lingkaran, menyaksikan adu mulut yang mulai terlihat panas.

"Halah, gak usah bela belain anak ibu deh! Jelas jelas dia yang salah! Nyebrang gak lihat lihat!"

Habis sudah kesabaran Mama, Tangan nya terlepas dari bahu Letta. "Ibu kalo ngomong di jaga! Kalau anak saya mati ketabrak truk tadi, emang ibu mau tanggung jawab?! Udah jelas truk nya yang salah, karena ngebut ngebut, malah anak saya yang di salahin, situ waras?!"

Aku Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang