"Berpura pura bahagia. Hanya itu yang bisa kulakukan agar semua baik baik saja."
Up lagi wuh
Apakabar?
Absen dulu. Umur lu pada berapa? Sapa tau dah tua kan ahahahaha. Canda
400 komentar? Bukan langsung up. Nulis dulu tapi hehehehe.
Jangan lupa follow akun wp gue. Komen next doang follow kgk.
Vote dan komen di setiap paragraf. Biar ku senang.
Oke langsung ajah
Happy Reading
*****
"Gue pulang dulu yah." Pamit Regan sambil mengelus kepala Tasya. Hari ini, sudah dua kali dia mengantar Tasya pulang. Namun dia agak bingung, begitu melihat rumah Tasya yang sepertinya beda dari yang lain. Entah, dia merasa bahwa rumah Tasya sangatlah sepi. Padahal rumah gadis itu besar sekali, dan ada dua mobil mewah yang terparkir di sana.
Tasya yang belum terbiasa berdekatan dengan Regan. Hanya bisa menganggukkan kepala nya canggung.
"I-iyah. Hati hati di jalan."
Regan menganggukkan kepalanya. Setelahnya cowok itu menstater motor nya lalu menjalankan nya.
Tasya masih berdiri di tempatnya, setelah memastikan Regan hilang dari pandangannya. Gadis itu menghela napas panjang, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
Di hati nya ada yang berkecamuk, membuatnya terasa tak nyaman. Apalagi pikirannya yang saat ini selalu di penuhi oleh Letta.
Merasa sangat bersalah, karena telah merenggut kebahagiaan sahabatnya sendiri. Dia memang mencintai Regan, tapi dia sudah mempersiapkan diri untuk merelakan Regan bahagia bersama Letta. Namun apa daya, takdir berkata lain.
Takdir lebih memilih untuk memasangkan Regan dengan dirinya, dibanding memasangkan cowok itu bersama Letta.
Dalam hati, Tasya mulai bertanya tanya. Sampai kapan Takdir ini akan terus bertahan? Akankah dia bisa mempertahankannya sampai akhir?
"Pulang sama siapa kamu?" Tanya Tia. Wanita parubaya yang berpakaian super modis itu tengah duduk di sofa ruang tamu sambil membaca sebuah majalah tentang Fashion.
Biar Tasya tebak. Pasti mama nya itu sedang tidak ada kerjaan di kantor. Karena biasanya memang begitu.
"Pacar Tasya mah." Tasya tersadar akan ucapannya. Pacar? Kok--ah sudahlah.
"Oh." Tia hanya merespon singkat.
"Mama gak ada pesan buat Tasya gitu?"
Tia memandang Tasya malas. "Karena kamu udah pacar. Jangan sampai jadi pelacur."
Walau terdengar kasar. Tasya tetap tersenyum, mendengar respon Mama nya. Tidak papa. Setidaknya Mama nya telah berbicara sepanjang itu padanya.
"Papa mana Mah?"
"Di kamar."
"Emang papa gak ada kerja di kantor yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Untuk Kamu
Teen Fiction"Aku Untuk Kamu. Kamu Untuk Dia." Dibuat melayang oleh harapan, di jatuhkan kembali oleh sebuah kenyataan. Mencintai seorang diri selama tujuh tahun itu bukan lah perkara yang mudah. Terlebih disaat orang yang kamu cintai itu ternyata menyukai saha...