AUK 39 -

5.5K 373 108
                                    

"Sadar itu penting. Terutama sadar, bahwa perasaannya bukan untuk kamu,"

I'm back hehe. 100 komen for next? Okey

G ada kata kata sih, langsung aja.

Happy Reading💙

***

Tasya pulang.

Tidak, dia tidak langsung pulang ke rumah nya. Melainkan gadis itu singgah di halte bus pinggir jalan yang kelihatan nya sepi.

Setelah dari rumah Letta tadi, Tasya terus berjalan tanpa arah tujuan, membawa segenap luka di hati nya dan merasakan getaran sakit yang luar biasa. Harus nya dia turut berbahagia atas moment moment Regan dan Letta yang sudah jarang di lihatnya, tapi kenapa dia merasakan sakit sekarang?

Luka-luka itu semakin dalam. Tasya menyesal. Seharusnya dari dulu dia menolak Regan, tidak membiarkan pemuda itu masuk lebih dalam lagi pada hati nya. Seharusnya tidak membuat dirinya sendiri semakin jatuh hati pada pemuda itu. Seharusnya membunuh perasaannya pada Regan.

Dan masih banyak lagi seharusnya yang dia lakukan agar Regan tidak perlu menjadi salah satu bagian dari hidupnya.

Tapi, itu semua hanya berakhir dalam kata seharusnya. Dimana, Kata itu menjadi akhir saat seseorang menyesali pilihan nya.

Mata nya menatap nanar sepatu Putih yang dia kenakan sekarang. "Seharusnya kita gak kayak gini, Gan,"

"Hubungan kita salah. Kamu gak cinta sama aku. Kamu belum sadar sama perasaan kamu yang sebenarnya udah buat Letta, bukan aku,"

Tasya menelan ludah, kerongkongan nya sakit karena menahan tangis yang membuat kepala nya merasakan pusing. Gadis itu merasa bodoh, karena masih bertahan pada Regan padahal dia tau perasaan pemuda itu bukan lah untuk nya.

Mau sebanyak apapun Tasya menjelaskan, Regan tetaplah Regan yang keras kepala dan tidak pekaan. Walaupun Regan mengatakan bahwa dia mencintai Tasya, tapi tetap saja Tasya mengetahui kebenaran bahwa Pemuda itu telah menaruh perasaan pada Letta.

Tasya capek. Terlalu banyak masalah yang datang padanya, sehingga membuatnya kadang ingin menyerah akan kehidupan. Tapi Tasya selalu mencoba sadar, bahwa di luar sana masih banyak yang lebih susah di bandingkan dia.

Suara motor yang berhenti di hadapannya, membuat Tasya tiba-tiba mengangkat pandangan. Di sepersekian detik kemudian, Tasya mengerjapkan matanya beberapa kali, saat mengetahui bahwa orang tersebut adalah Adit.

Yah, Adit.

"Lo ngapain disini Sya?" Tanya Adit, sebenarnya tadi dia tidak akan berhenti. Hanya karena melihat Tasya yang sepertinya sedang dilanda masalah membuatnya luluh dan memutar balik arah motor nya.

"....Adit, tolongin gue please," Tasya memohon.

Adit memandang Tasya penuh tanda tanya. "Tolongin apa?"

Mata Tasya berkaca-kaca. "Bawa aku ikut sama kamu. Aku gak mau pulang ke rumah,"

Hati Adit menghangat, kala Tasya menyebutnya dengan kata 'Kamu'. Tapi itu tidak penting sekarang, yang terpenting sekarang adalah mengapa Tasya ingin ikut bersamanya? Seberat apa masalah gadis itu hingga tidak ingin pulang ke rumahnya?

Aku Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang