"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap pada manusia."
-Ali Bin Abi Thalib-Haiii
Update lagi hikss dahlah.
Sehat sehat Yee. Tahun ini lagi banyak bencana soalnya
Ada yang nungguin gak?
*****
"Makasih," ucap Letta setelah turun dari motor Regan, ia melepas jaket parasut milik Regan dan memberikannya pada cowok itu.
"Gue pulang," pamit Regan.
Letta mengangguk. "Iyah, dadah. Hati hati di jalan," Regan langsung men-gas motornya meninggalkan halaman depan rumah Letta.
Gadis itu, masih setia berdiri di tempatnya, seakan akan kakinya menginjak sebuah lem. Sehingga lebih betah di sana.
Sejak pulang dari panti asuhan tadi, Regan dan Letta tidak banyak bicara. Padahal biasanya, Letta yang lebih banyak bicara. Pada dasarnya Letta yang banyak bicara dan Regan yang banyak diam.
Gadis itu menengadahkan kepalanya, kala setetes Air hujan mengenai wajahnya. Letta tersenyum pedih, ketika Air hujan turun begitu deras membasahi tubuhnya yang masih berbalut seragam sekolah. Hari ini, bukan hanya hatinya yang menangis, tetapi Bumi juga begitu. Seakan akan mendukung nya untuk tetap bersedih dan menangis.
Perlahan lahan, Air mata nya keluar dengan begitu keras mengikuti irama hujan. Isakan nya mulai terdengar sayu. Gadis itu memejamkan matanya erat.
"Gue capek nunggu Lo yang gak pasti!" Seru Letta di bawah kerasnya hujan.
"Kapan Lo bisa suka sama gue?! Kapan?!"
Suasana Malam tentram dan hujan deras, sangat mendukung Letta untuk meluapkan isi hatinya.
"Gue berharap Tasya gak suka sama lo. Hikss, gue kenapa Egois banget sih? Tasya itu butuh bahagia, cukup orang tuanya yang gak bisa kasih dia kebahagiaan." Lirih Letta, kini gadis itu, terduduk di halaman depan rumahnya dengan Isak tangis yang memilukan.
Gadis itu menutup telinga nya erat, "AAAAAA!" Teriaknya.
"Hiksss...harus nya gue gak gini, tapi kenapa rasanya sakit banget sihh?!" Jerit Letta mencurahkan isi hatinya pada air hujan dan Langit.
Tanpa di sadari nya, Di balik tiang listrik di hadapannya, ada seorang cowok yang memperhatikan nya dengan tatapan pilu. Dia, Regan. Cowok itu tidak benar benar pulang. Dia hanya memarkirkan motornya di pinggir jalan yang jauh dari rumah Letta, setelah itu berjalan kaki kembali ke tempat gadis itu menangis.
"Gue gak nyuruh Lo berharap sama gue Ta," lirih Regan membalas perkataan Letta dalam diam.
Mata nya, masih memperhatikan Letta yang sedang menangis pedih di bawah deras nya air hujan. Gadis itu, terlihat menyedihkan. Ingin rasanya ia menghampiri Letta dan mendekapnya dengan erat, namun tak bisa.
"Cinta sama seseorang yang gak bisa cinta sama kita itu, rasanya harus se sakit ini yah?! Ada gak sih cinta yang berujung bahagia?! Kalau ada, kenapa gue gak ngerasain?!" Regan masih setia mendengarkan curhatan Hati Letta.
"Gue gak nyuruh Lo cinta sama gue Ta," lagi lagi Regan membalas perkataan Letta dalam diam.
Kian lama, hujan yang turun makin deras di sertai Sambaran petir dan juga angin kencang, namun itu tidak sama sekali mengurungkan niat Letta yang masih ingin menangis di bawah guyuran hujan. Biarkan dia hari ini mencurahkan isi hatinya pada bumi, agar besok tidak merasakan sakit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Untuk Kamu
Teen Fiction"Aku Untuk Kamu. Kamu Untuk Dia." Dibuat melayang oleh harapan, di jatuhkan kembali oleh sebuah kenyataan. Mencintai seorang diri selama tujuh tahun itu bukan lah perkara yang mudah. Terlebih disaat orang yang kamu cintai itu ternyata menyukai saha...