AUK 50 -

450 30 0
                                    

"Kita tidak pernah bisa memprediksi akan seperti apa takdir itu datang. Apakah dengan cara yang di ingin kan atau mungkin sebaliknya."

****

Sekali lagi, Regan menghela napas panjang setelah melirik jam tangan yang jarum nya hampir mendekati pukul tujuh. Anak lelaki yang sedang duduk di atas motor itu berulang kali memandang jendela kamar yang berada di lantai dua rumah megah tersebut.

"Kemana sih dia?"

Regan merasa ragu dalam dirinya. Apakah dia harus turun dan mengetok pintu rumah tersebut atau kah tetap berdiam diri sembari menunggu Tasya keluar sendiri. Untuk kesekian kalinya ia memandang roomchat pada ponsel nya yang sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda bahwa seseorang yang dia kirimi pesan akan aktif atau bahkan sekedar membalas chat nya.

"Udah dua hari dia gak ada kabar, apa dia baik-baik aja?"

Pemikiran anak laki-laki itu sebenarnya susah sekali untuk di tebak. Regan merasa ada yang salah pada dirinya. Dia khawatir pada Tasya, tapi dia tak berniat mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Seperti ada sesuatu yang tertahan di dalam hati dan Regan tak tahu apa itu.

Mungkin hampir sejam lamanya Regan menunggu disana seperti orang bodoh, sebelum dia melirik jam yang telah menunjukkan pukul tujuh lewat. Takut untuk terlambat, lagi-lagi Regan memilih untuk pergi dari sana tanpa membuahkan hasil apapun. Anak itu menyalakan mesin motor lalu memakai helm nya secara perlahan, sebab pipi nya masih sedikit bengkak. Gila juga tonjokkan kakak sepupu Letta kemarin, hanya sekali pukul saja pipi Regan sudah terasa nyeri.

"Ck, sialan tuh orang."

Sebelum benar-benar pergi, Regan masih sempat melirik sebentar ke jendela kamar Tasya yang masih tak ada tanda-tanda kehidupan disana.

****

Sementara itu di waktu bersamaan, Tasya yang kebetulan masih berada di dalam kamarnya hanya mampu mengintip saat suara motor Regan terdengar mulai menjauh. Anak perempuan yang masih memakai baju kemarin itu memandang kepergian Regan dengan nelangsa. Sudah berapa hari dia mengabaikan lelaki itu? Sudah berapa ribu pesan serta telpon dari Regan yang tak dia balas? Tasya sangat merasa bersalah pada Regan karena membuat lelaki itu mencarinya selama beberapa hari. Dia tau bahwa Regan khawatir, tapi Tasya memilih untuk bersembunyi.

"Maaf yah, padahal kemarin lusa aku janji agar kamu gak nyariin aku lagi. Ternyata hari ini kamu masih nunggu aku."

*****

Regan tiba di sekolah tepat saat gerbang hampir di tutup. Padahal jarak rumah Tasya ke sekolah tidak jauh-jauh amat, tapi tetap saja dia hampir terlambat, beruntung satpam sekolah berbaik hati agar membiarkannya masuk.

"Makasih Pak," ucap Regan.

"Waduh, Mas Regan ini. Kok tumben terlambat Mas?" Tanya Pak Satpam.

Regan tersenyum simpul. "Saya bawa motornya pelan banget pak."

Memang benar, Regan bahkan merasa bahwa hari ini dia tidak seperti biasanya. Di sepanjang perjalanan tadi kepalanya di penuhi oleh banyak pikiran sehingga dia mengurangi laju motor nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang