AUK 49 -

2.7K 85 8
                                    

"Jangan pernah menyerah untuk menjalani kesusahan lainnya, sebab setelah itu akan selalu ada kebahagiaan yang menanti."

Happy Reading 💙

*****

"Letta, yaampun anak mama!"

Wanita setengah baya yang raut wajahnya sudah dipenuhi oleh ke-khawatiran itu segera berlari mendekat pada sebuah motor yang berhenti di depan pagar, tepat setelah anak gadis yang dia tunggu kedatangannya turun dari kendaraan beroda dua tersebut.

"Kamu kemana sih, nak? Kita-kita ini khawatir loh nyariin kamu kemana-mana, sampai nelpon ke semua teman kamu." Lelaki parubaya yang mengekor di belakang ibu tadi langsung merengkuh tubuh putri nya. Betapa khawatirnya dia ketika pulang ke rumah dan tidak mendapati sang Putri di manapun.

Letta memandangi semua orang yang berkumpul di halaman teras rumahnya malam ini. Perasaan bersalah tiba-tiba menyerang dirinya. Mata mamanya terlihat sembab, kentara sekali habis menangis hebat. Pakaian yang di pakai ayahnya pun masih sama dengan baju yang dia kenakan saat berangkat kerja pagi tadi, begitu pula dengan si kembar—Armin dan Aldizar—yang seragam sekolah nya belum di ganti.

"Ta, harus nya tadi gue gak izinin lo pulang sendiri. Lo tau gak, kita-kita hampir gila nyariin lo dimana-mana dan gak ada satu pun yang tau dimana keberadaan lo." Armin berbicara dengan nada penuh kepanikan. Raut wajah anak laki-laki itu menunjukkan bahwa dia sangat khawatir.

"Iya Ta, kita semua khawatir sampai rasanya mau ikut menghilang juga," sambung Aldizar

Pecah sudah tangisan Letta. Gadis itu menangis sesenggukan di pelukan Mama yang kini ikut menangis bersamanya.

"Maafin Letta ... Mama." Dia merasa bersalah dan egois. Demi memenuhi keinginannya, dia sampai tak mau pulang dan berhasil membuat semua orang khawatir. Seharusnya dia menunggu Aldizar dan Armin, seharusnya dia menuruti Ael yang menawarkan untuk mengantarnya pulang. Seandainya saja dia bersama Ael waktu itu, pasti tidak akan ada yang namanya bertemu dengan si berengsek yang sekedar menyebut namanya saja Letta enggan dan juga tidak ada yang namanya bersama Regan menghabiskan waktu hingga diantar pulang ... Omong-omong dimana anak itu? Astaga! Letta segera berbalik ke arah pagar rumah, ternyata anak laki-laki itu masih berada di sana, duduk tenang sembari menonton drama keluarga di hadapannya.

"Letta! Lo gak apa-apa?"

Saking fokusnya memandangi Regan, Letta bahkan tak sadar bahwa Ael sudah tiba disana. Pandangan Letta tertutup oleh Ael karena lelaki itu tiba-tiba saja berdiri di hadapannya dengan wajah penuh kepanikan.

"Letta? Hey!" Ael melambaikan tangan di depan wajah Letta.

"Hah, iya? Gue gak apa-apa," jawab Letta singkat, mengabaikan Ael dan segera berlari pada Regan di luar pagar rumah. Ael tidak menahan Letta, dia justru menghela napas panjang memandangi gadis itu.

"Kamu-ah enggak." Letta menggelengkan kepala. "Lo gak apa-apa?"

Regan mengerutkan keningnya heran. Bukan. Bukan karena Letta yang tiba-tiba meninggalkan Ael dan bertanya padanya apakah dia baik-baik saja atau tidak. Dia heran karena Letta yang tiba-tiba mengoreksi panggilan untuk dirinya.

"Gue gak apa-apa," jawab Regan ragu. Harusnya dia yang bertanya seperti itu padanya.

"Syukurlah, kalo git--"

Aku Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang