"Karena bagiku, menjatuhkan perasaan padamu itu lebih mudah dibanding mengangkat seribu beban."
Hai, apakabar?
Lama banget gak update. Yaudah deh, langsung ke intinya aja.
Happy reading💙
***
Beberapa pasang bola mata itu langsung tertuju pada satu arah dimana seorang gadis yang tadinya mereka lihat terbaring lemas tanpa menunjukkan gerak apapun, kini telah membuka mata menyambut Kilauan cahaya yang telah lama tak masuk ke dalam retina mata.
Divarran Sheabella telah sadar. Setelah melewati tahun demi tahun, serta perjuangan yang sempat terhenti.
Tanpa menunggu lama, sang kakak langsung beralih pada tempat dimana adiknya terbaring sembari menyerukan namanya. Rasa haru penuh bahagia menguar begitu saja dari dalam diri Dita, dengan semangat diraih nya tubuh Diva yang masih lemas masuk kedalam dekapannya.
Air mata nya merembes bagaikan ribuan hujan yang tak sanggup ditampung oleh langit.
"Divaa... kamu sadar, dek."
Dita menipiskan bibir, berusaha meminimalisir Isak tangisnya. Bagaimana pun juga, ia harus tetap kuat dihadapan sang adik yang baru sadar dari perjuangan hidup dan matinya.
"K-kak Dita...."
Suara lemah itu membuat Dita makin tak kuasa untuk mendengarnya. Setelah dua tahun lamanya ia menanti. Selalu merindukan suara adiknya yang telah lama tak ia dengar.
Selama Diva koma, Dita merasa kesepian di rumah megah nya. Gadis itu sendirian. Setelah Ibunya meninggal dan ayahnya yang menikah lagi lalu memilih menetap di negara tetangga, membuat Dita kehilangan keluarga utuh, dan hanya memiliki Diva yang selalu menemani kekosongan nya.
Hari itu, saat ia mendapat kabar jika Diva memilih terjun bebas dari lantai tujuh di gedung terbengkalai yang tak jauh dari rumahnya. Dita merasa begitu hancur. Ia benar-benar gagal menjadi seorang pelindung untuk satu-satunya anggota keluarga yang ia punya. Selama dua tahun Dita hidup dalam rasa bersalah yang mendalam, bagaimana bisa ia begitu lalai menjaga sang adik?
"Diva, jangan tinggalin kakak lagi."
Dita hanya butuh Diva untuk tetap melanjutkan hidup. Adiknya itu adalah separuh nyawa nya. Ia tak tahu harus bagaimana lagi, jika Diva benar-benar pergi untuk selamanya.
"Kamu, satu-satunya yang kakak milikin sekarang. Kakak nggak butuh siapapun, kakak hanya butuh kamu."
Diam-diam mereka yang menyaksikan itu hanya bisa menahan rasa sedih. Sisi rapuh Dita... baru kali ini mereka melihatnya. Gadis yang biasanya terlihat galak bahkan ketika di dekati oleh temannya sendiri, kini benar-benar jatuh dalam kesedihan. Dita terlalu menyayangi adiknya, setidaknya itu yang mereka pikirkan tentang Dita.
Air mata Letta nyaris jatuh, jika saja ia tak cepat-cepat mengusap matanya. Perasaan gadis itu, kini tak karuan. Tatapannya masih terpaku pada Dita yang masih enggan melepas dekapan hangat nya dari Sang Adik. Meski Diva hanya bisa menangis dalam diam karena tenaganya belum pulih untuk sekedar membalas pelukan sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Untuk Kamu
Teen Fiction"Aku Untuk Kamu. Kamu Untuk Dia." Dibuat melayang oleh harapan, di jatuhkan kembali oleh sebuah kenyataan. Mencintai seorang diri selama tujuh tahun itu bukan lah perkara yang mudah. Terlebih disaat orang yang kamu cintai itu ternyata menyukai saha...