"Perasaan ini memang nyata. Kecuali harapan untuk memiliki mu saja yang hanya sebuah ilusi."
Hai haii balik lagii uwuu.Eheee Quotes nya kagak nyambung? Mangap sekaliii
Oke langsung ajah
Happy Reading💙
*****
"Jadi, lo suka sama Regan, tapi Regan suka sama Tasya? Gitu?"
Letta menganggukan kepala nya lemas sembari bibir bawahnya yang maju beberapa centi.
Setelah kejadian lapangan basket tadi, Letta pulang kerumah dengan keadaan yang memprihatinkan. Wajahnya yang kusut, tidak lupa juga dengan seragam nya yang sudah keluar, membuat nya terlihat seperti anak berandalan.
Sudah dia duga, pasti dia akan di serbu oleh beragam pertanyaan dari Armin saat pulang ke rumah. Dan sialnya, dia sudah berada dalam suasana kurang menyenangkan itu. Terjebak dalam ruang tamu dan di suguhi Tatapan mengintimidasi dari Papa, Armin, dan Aldizar. Tidak terkecuali oleh Mama. Karena Wanita parubaya itu sudah mengetahui nya sejak awal.
Demi apapun, dia sangat ingin cepat cepat pergi dari sana, dan masuk ke dalam kamar untuk menenangkan dirinya sejenak. Tapi, setiap dirinya ingin beranjak pergi, Aldizar pasti selalu menarik tangannya agar ia duduk kembali.
Dan hal yang mampu membuatnya menahan tawa di setiap detik nya adalah, ekspresi Aldizar yang terlihat aneh. Cowok yang biasanya berekspresi kocak itu, sedang dalam mode serius. Dan entah kenapa, sangat aneh bagi Letta.
"Jawab Ta," desak Aldizar ketika Letta enggan membuka mulutnya.
"Iya iya. Gue suka sama Regan, cuman Regan suka sama Tasya. Jadi, pihak sad girl nya di sini tuh gue." Jawab nya lesu.
"Jadi selama ini, kamu sering nangis gara gara dia? Gitu?" Tanya Papa.
Letta mengangguk lemas. Demi apapun, dia sangat malas di tanya tanya jika sedang keadaan seperti ini.
"Lupain dia Ta." Ucap Armin di setujui oleh Aldizar dan Papa. Mama tidak ikut ikutan, dia hanya diam anteng sambil memakan Snack tanpa ingin ikut campur.
"Gak bisa Ar. Lupain seseorang yang udah tujuh tahun gue suka itu, gak semuda yang lo bilang."
"Yaudah, kalo gitu kamu pacaran sama yang lain ajah. Siapa tau lama kelamaan bisa ngelupain Regan." Sahut Papa.
"Bego lu Ta. Udah tau cowok nya suka sama orang lain, masih ajah di perjuangin." Cibir Aldizar.
"Mama...." Letta mengadu pada Mama dengan mata nya yang berkaca-kaca.
"Gak usah ngadu ngadu sama bunda." Ujar Armin.
"Walaupun gue sering berantem sama lo, tapi pas ngeliat lo sakit hati gini gara gara cowok, gue gak suka banget." Jelas Aldizar. Benar. Walaupun dia sering berantem pada gadis itu, tapi dia benar benar tidak bisa jika harus melihat gadis itu sakit hati karena cowok.
"Ta. Lepasin dia, kalo emang dia nya nggak mau di genggam." Nasehat Papa
"Lupain dia yah Ta. Sebelum gue buat hancur mukanya si Regan itu, gara gara nyakitin lo." Ucap Armin bengis. Padahal yang salah di sini Letta, bukan Regan tapi tetap saja, Armin membenci cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Untuk Kamu
Fiksi Remaja"Aku Untuk Kamu. Kamu Untuk Dia." Dibuat melayang oleh harapan, di jatuhkan kembali oleh sebuah kenyataan. Mencintai seorang diri selama tujuh tahun itu bukan lah perkara yang mudah. Terlebih disaat orang yang kamu cintai itu ternyata menyukai saha...