AUK 25 -

5.7K 393 371
                                    

"Tidak sulit, kita hanya perlu belajar mengikhlaskan. Setelah itu, semua akan baik baik saja."

🎼Melawan Restu-Mahalini Raharja🎼

Up lagi uhuuu

Follow dulu akun wp gue.

Jangan lupa ramein cerita ini dengan vote dan komen di setiap paragraf.

Target nya nambah lagi. 200 komen nanti ku up. Sengaja. Biar otak gue ga ngebug.

Oke langsung saja.

Happy Reading💙

*****

Jam istirahat sudah di mulai sejak beberapa menit lalu, namun seragam olahraga khas SMA Perdana masih melekat di tubuh Rila dan Letta. Mereka belum sempat mengganti nya, karena buru buru untuk pergi ke UKS.

"Lo serius, mau masuk ke UKS?" Rila bertanya pada Letta.

"Serius lah. Yakali gue bercanda." Letta menjawab dengan nada bercanda. Seolah olah yang tadi itu hanyalah angin lalu.

Rila menggigit bibir dalam nya, memandang Letta dengan khawatir. "Ta gue serius."

"Gue juga serius." Sahut Letta lagi. Sepertinya kali ini, gadis itu benar benar kembali baik baik saja.

Atau mungkin tidak.

Rila menghela napas panjang. "Lo, kenapasih sok tegar banget, padahal sebenarnya lo itu rapuh."

Alih-alih menjawab, Letta malah tersenyum seperti orang gila.

"Letta ih!"

Letta tertawa keras. Membuat Rila semakin ingin menangis. Kata nya, jika seseorang sedang bersedih lalu tertawa keras, itu artinya dia sedang mencoba menutupi kesedihan itu. Dan itu memang benar, lihat saja Letta sekarang. Gadis itu tertawa keras, namun matanya tidak bisa membohongi publik, jelas sekali kesedihan terpancar dari sana.

"Mulai sekarang, gue harus mencoba terlihat baik baik saja. Karena kedepannya, bakal lebih banyak kejutan yang tidak terduga."

Rila hanya mengiyakan saja. Bisa lebih panjang masalahnya, jika diladeni.

"Ayok masuk." Rila mengajak Letta. Dengan perlahan, tangan Rila membuka pintu UKS.

Langkah kaki nya membawa nya masuk ke dalam UKS. Tangannya memegang lengan Letta, menuntun gadis itu untuk ikut masuk ke dalam UKS.

Betapa terkejutnya Rila, saat melihat Regan yang duduk di samping Hospital Bed sambil memegang erat tangan Tasya yang masih terkulai lemas.

Letta pun sama terkejutnya seperti Rila. Melihat Regan yang begitu cemas, menunggu Tasya sadar, semakin membuat dirinya ingin pergi dari sana, namun sebisa mungkin Letta mencoba menguatkan diri. Ini masih belum seberapa, masih banyak yang belum terlihat di matanya.

"Regan." Panggil Letta.

Regan seketika menolehkan kepalanya. Hanya saja, tautan tangannya dengan Tasya belum terlepas.

Aku Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang