Di kala langkah yang terasa begitu berat
Berbagai untaian kata telah kusematkan
Mengatakan kepada rindu, untuk jangan menyebut namanya
Namun hati ini seolah menjawab,"Hanya dia yang ada dihatimu. Dan kamu tidak bisa menghapusnya."
- P e r i s h a b l e -
18. Pertahanan yang runtuh?
Jangan lupa ramein setiap paragraf yaa❤
Happy reading!
Btw kalo ada typo kasih tau aku, xixi
****
"Kamu di mana?"
Melva melihat sekelilingnya, namun dia tidak bisa melihat apapun, karena tidak ada penerang di ruangan ini.
"Aku..aku nggak tau ada di mana, tapi..tapi tadi aku sempet liat banyak mobil rongsokan di depan, terus..terus di sini,"
Melva bersuara pelan, kedua tangannya gemetar mengenggam ponsel, dia was-was jika nanti orang itu datang lagi."Di sini--,"
Brak!
Pintu kayu yang berada di hadapan Melva terbuka lebar karena ditendang oleh seseorang. Melva tidak dapat melihat wajahnya karena orang itu mengenakan topeng.
Lalu perlahan dengan napas tak beraturan, kedua mata Melva turun melihat benda yang di pegang orang misterius itu.
Balok besi.
Refleks Melva menjatuhkan ponselnya, ia menatap takut orang itu sembari merangkak mundur. Hingga tiba-tiba tanpa Melva sadari, ada satu orang lagi yang berdiri di belakangnya.
Orang itu perlahan berjongkok melihat Melva, membuka topengnya lalu tersenyum iblis setelahnya.
"Hai, cantik. Udah siap ketemu Tuhan?"
Flashback off
Regan mengacak rambutnya frustrasi, sebelah tangannya mencengkram stir dengan kuat, bayangan masa lalu itu tampaknya tak bosan menghantui pikirannya. Hingga dia tidak bisa hidup tenang.
Andai saja dia langsung bergerak mencari Melva, gadis itu mungkin masih ada di dunia yang sama dengannya. Namun sayang, dia terlambat.
"Ini Adik aku, namanya Merza."
Melva terlihat bahagia kala menunjukkan satu foto ke arah Regan. Kini seperti sore hari sebelumnya, mereka selalu menghabiskan waktu di taman yang berdekatan dengan rumah keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...