"Aku ingin mengatakan pada semua orang jika kamu adalah milikku. Namun, bisakah?"
- P e r i s h a b l e -22. Sebuah tawaran
****
Didalam mobil hitam dengan model Mercedes Benz tipe E200 Avantgarde Line itu hanya diisi oleh keheningan. Sepasang manusia yang berada di dalamnya terlalu fokus pada kegiatan masing-masing.
Sebenarnya Merza ingin menolak saat Regan hendak mengantarnya pulang, namun saat menyadari jika lelaki bertopeng itu bisa saja mengincarnya lagi, dia pun memilih untuk mengiyakan saja.
Sesekali matanya melirik ke samping, melihat Regan yang masih setia dengan ekspresi datarnya. Jika boleh jujur, jawaban Regan atas pertanyaannya tadi membuat hatinya sedikit tersentil.
"Gue bukan siapa-siapa buat lo, gue cuma cewek yang dulunya selalu ngusik kehidupan lo. Yang nyusahin lo terus. Dan sekarang, kenapa lo peduli sama gue? Kenapa lo mau nyusahin diri buat nolongin gue?"
Regan sempat mengambil jeda beberapa detik, cowok itu menatapnya dengan tatapan yang sulit Merza deskripsikan.
"Karna gue kasihan sama lo."
Ya, Merza tahu dia memang menyedihkan. Jadi wajar saja jika Regan menolongnya karena dia memang memprihatinkan. Apalagi kini dia tinggal sendiri, ditambah otak yang pas-pasan membuatnya mudah sekali untuk dijebak.
Mobil berhenti tepat disamping gerbang rumahnya yang tertutup rapat, dibelakang sana tampak rumah bertingkat dua yang terlihat gelap pertanda tak ada manusia didalamnya.
Tangan Merza sudah bergerak hendak membuka pintu mobil, namun ucapan Regan yang tiba-tiba itu membuat pergerakannya tertahan.
"Kemasi barang-barang lo."
Kedua alisnya tertaut sempurna, "Hah? Buat apa?"
Regan menatap tajam objek di depan sana, orang itu salah besar jika menganggap Regan tidak menyadari keberadaannya. Bersembunyi di balik tembok? Dia begitu bodoh karena bayangannya tampak terlihat jelas.
"Tinggal di rumah gue."
****
Suara melengking akibat benda persegi panjang yang membentur tembok dengan mulus itu terdengar dari dalam ruangan serba hitam yang dipenuhi oleh lukisan serta beberapa benda tajam didalamnya.
Seseorang yang berdiri di sana tampak begitu emosi. Mengetahui jika anak buahnya gagal lagi dalam menjalankan rencana.
Haruskah dia membunuh gadis itu dengan tangannya sendiri? Oh, tidak. Dia tidak ingin mengotori tangannya dengan darah menjijikkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...