"Jika memang kita tak pantas untuk bersama. Biarkan rasa ini hilang dengan sendirinya."
- P e r i s h a b l e -
24. Meninggalkan atau ditinggalkan?
****
"Hah? Lo bilang apa?" Merza mengeryit, "Flu? Lo sakit flu?"
Regan mendengus, ia melepaskan pelukan. Dia tidak bisa mengucapkan kelimat itu dua kali, jika Merza memang tidak mendengarnya ya sudah, dia tidak akan mengatakannya lagi.
"Nggak. Gue laper," katanya lalu keluar dari kamar.
Merza menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal, "Cuma bilang laper doang? Ngapain make meluk gue segala coba?" herannya, namun tak bisa dipungkiri jika itu membuat pipinya memanas.
Ia menggigit bibir bawah agar tak tersenyum dan kemudian menggeleng pelan, "Ah, gue nggak baper. Biasa aja."
Merza mengangguk yakin, lagipula untuk apa dia baper? Toh, Regan memeluknya mungkin tak ada maksud lain. Bisa saja dia kurang kerjaan, kan?
"Oke, Za. Jangan ngarep, dia nggak suka sama lo. Dia cuma kasihan, makanya itu dia selalu nolongin lo," kata Merza pada dirinya sendiri. Setelah itu dia pun melangkah keluar dari kamar untuk menyusul Regan.
Melihat cowok itu hendak berjalan menuju ruang makan, dia pun mengambil langkah cepat untuk tiba di sana lebih dulu. Karena dia baru mengingat jika makanan itu belum dipanaskan.
"Eh bentar-bentar, lo tunggu di meja makan aja. Gue mau manasin makanan dulu," katanya lalu beralih mengambil sepiring ayam bakar dan berjalan ke arah dapur untuk memanaskan makanan itu di microwave.
Regan tidak menjawab, dia berjalan ke ruang makan lalu duduk di sana sembari melihat notifikasi yang masuk ke ponselnya.
Davin
gimana woy, ketemu nggak hpnya?
Regan lalu mengetikkan balasan.
gak
Tepat pada saat dia menekan tombol kirim, saat itu pula Merza datang sembari meletakkan sepiring ayam bakar, nasi, dan juga segelas air putih.
"Huh, udah kayak pembantu gue," ucap Merza pelan, dia sudah ingin berbalik untuk kembali ke kamarnya, namun suara Regan membuat langkahnya terhenti.
"Mau ke mana?"
Merza menoleh ke arahnya, ia lalu menunjuk ke arah tangga, "Kamar."
"Duduk."
"Hah? Gue--,"
"Temenin gue makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...