"Sebuah kalimat perpisahan telah ku ukir di kertas usang ini. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya padamu."
- P e r i s h a b l e -
25. Who?
****
Lima belas menit sebelum balapan dimulai
"Mending lo pikir-pikir lagi deh," kata Davin entah untuk keberapa kalinya. Dia memang tidak mengenal lelaki bernama Gio yang kini tengah duduk diatas motor bersama para temannya itu, tapi dari raut wajahnya, Davin sudah bisa menebak jika dia akan bermain licik.
Namun Regan hanya diam saja mendengarnya. Cowok itu tak mengubah keputusan untuk tetap mengikuti balapan ini.
Alfi datang menghampiri, cowok itu menepuk bahunya sekilas, "Hati-hati aja, dan inget apa yang gue bilang tadi."
"Lo bilang apaan?" balas Davin, sejak tadi dia sudah berada di sini, dan bagaimana bisa dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan?
"Kepo lo, dari pada nggak ada kerjaan, mending lo ke sana gih, banyak cewe tuh," suruh Alfi seraya melirik ke arah perempuan yang berada di kelompok Gio, mereka mengenakan pakaian kurang bahan, membuat Davin bergidik sendiri melihatnya.
"Dih, kayak kunti. Ogah gue."
Alfi tertawa pelan, melihat jika balapan akan segera di mulai, dia pun kembali memanggil Regan yang tengah duduk di atas motor, tampak fokus menatap layar ponselnya.
"Udah mau mulai tuh," Regan mengangguk, setelah menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket, dia pun beralih memakai helm, lalu mengendarai motornya mendekat ke arah garis start.
Seperti isi pesan Gio tadi, kini mereka tengah berada di jalan merpati. Jalan yang sepi namun luas ini mereka pergunakan untuk arena balapan.
Sebenarnya alasan Gio memilih jalan ini bukan hanya karena sepi, namun karena ia ingin Regan mengingat akan peristiwa yang pernah terjadi di sini beberapa tahun yang lalu.
Dua motor besar dengan warna berbeda itu sudah berada di garis start. Gio menoleh ke arah Regan, tampak tersenyum miring karena pasti, dia yang akan menjadi pemenangnya.
Setelah peluit yang dibunyikan oleh salah satu perempuan yang berada di sana terdengar, dua motor itu pun langsung tancap gas, memacu kendaraan untuk lebih dulu sampai ke garis finish.
"Al, lo pikir Regan bakal menang nggak?" tanya Davin pada Alfi yang berada di sampingnya.
"Semoga aja," jawabnya, tadi Alfi sudah membawakan motor Regan yang lain. Karena bisa jadi motor yang biasa cowok itu pakai sudah dimodifikasi oleh Gio atau orang suruhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomantizmApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...