"Ada banyak cerita yang ingin ku sampaikan. Namun aku sadar jika kita hanya sementara.
Tak bisa selamanya ada walau rasa ini nyata, dan tak bisa bersama walau kita saling cinta."
- P e r i s h a b l e -38. Jadian?
****
Ghea tersentak dan cepat-cepat menegakkan tubuhnya. Matanya mengerjap perlahan dan melihat situasi di sekitar dengan mata sayunya.
Sunyi dan gelap.
Gadis itu menghela napas kasar dan menumpukan kepala dengan kedua tangan, menyadari jika kejadian menyeramkan tadi hanya sebuah mimpi.
Ghea tak bisa membayangkan jika peristiwa menyeramkan itu akan dia alami, kalau benar, dia tidak yakin akan bisa selamat. Tapi jika diingat-ingat, bisa jadi tempat seperti itu benar-benar ada.
Lorong bawah tanah, firasatnya mengatakan jika para pembunuh Melva menggunakan tempat itu untuk bersembunyi. Dan juga suara seseorang yang merupakan dalang pembunuh Melva itu, Ghea amat yakin jika pernah mendengar suara itu.
Menyadari kalau dirinya masih berada di perpustakaan, tangannya pun bergegas memasukkan laptop dan buku ke dalam tas. Lalu kemudian keluar dari sana dengan langkah terburu-buru.
Suasana koridor begitu sepi dan terdapat beberapa ruangan yang gelap tanpa penerang apapun. Ghea menambah laju jalannya, dinginnya malam serta sunyinya keadaan sekitar membuat bulu kuduknya berdiri.
Walaupun ingin sekali menoleh ke belakang untuk memastikan, namun Ghea memilih untuk menepis rasa itu. Dia harus sampai ke rumah dengan selamat agar bisa mencari tahu siapa dalang pembunuh Melva dan menangkap mereka semua. Jika ini tidak dia lakukan, Aland akan selalu bertindak semena-mena dan mungkin, satu nyawa lagi akan melayang.
"Buru-buru banget, lo tau kalau gue ada di sini?" suara yang kini dia hindarkan itu terdengar dari arah belakang hingga berhasil membuat langkah Ghea terhenti. Gadis itu tidak berbalik, ia terdiam dan bahkan, kedua kakinya terasa sulit untuk digerakkan. Ingin berlari, namun nyatanya dia hanya diam ditempat.
Aland bergerak maju ke depan, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket. Dia berhadapan dengan Ghea dan tersenyum picik kala melihat wajah pucat gadis itu.
"Nggak usah takut, gue ke sini cuma mau ngomong baik-baik kok, sama lo."
"Pergi," balas Ghea langsung dengan nada datar. Tanpa menoleh ke arah cowok itu. Tangannya yang terasa dingin menggengam kuat tali tasnya.
"Pergi atau lo gue laporin ke polisi!" Ghea mengangkat ponselnya ke depan wajah cowok itu, namun ternyata reaksi Aland diluar ekspetasinya. Lelaki yang mengenakan topi itu malah tertawa, seolah meledeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...