"Bagiku dulu, hadirmu adalah euforia,
Yang memberi warna hingga aku tertawa,
Namun kini, bayangmu telah menjadi nestapa,
Yang membawa lara hingga aku terluka."
- P e r i s h a b l e -
28. Terlalu hampa
****
Sebuah mobil terlihat memasuki perkarangan rumah bergaya klasik dengan tiga lantai itu. Setelah memakirkan mobilnya di garasi, seorang lelaki pun turun dan berjalan masuk ke dalam rumah sembari melepas jaket kulit hitamnya.
Namun kala mendengar suara televisi dengan volume yang lumayan kuat, langkahnya yang semula hendak menaiki anak tangga kini beralih ke ruang keluarga.
Dan benar dugaannya, gadis ini pasti menunggunya lagi hingga dia tertidur di sofa. Tapi tunggu, kenapa dia menangis?
Regan lalu berjalan mendekat, dia duduk dipinggiran sofa, menatap gadis itu sembari mengusap pipinya yang basah.
"Heh, lo kenapa?"
Namun Merza tak juga membuka mata, gadis itu mungkin tengah bermimpi buruk hingga dia menangis seperti ini.
Regan menghela napas pelan, tangannya kembali terangkat untuk mengusap peluh di dahi Merza. AC di ruangan ini menyala, namun dia berkeringat.
Merasakan ada pergerakkan, Merza perlahan membuka matanya, sempat terdiam beberapa detik hingga kemudian dia bangkit lalu memeluk Regan dengan isakkan kecil.
"Hiks...gue mimpi..gue mimpi lo mati," ucapnya parau. Regan sempat kaget karena Merza memeluknya tiba-tiba. Namun dia diam saja, tak membalas dan tak pula melepas.
"Trus kenapa lo nangis?" mendengar pertanyaan Regan, Merza pun menjauhkan dirinya.
"Ya.., ya gue nangis lah! Kalo itu beneran gimana?" balasnya dengan nada kesal.
"Yaudah. Udah ajal gue berarti."
Merza refleks memukul lengan cowok itu karena telah berucap demikian. Dia begitu khawatir karena takut Regan kenapa-napa, namun lihat, reaksinya malah santai-santai saja.
"Lo tuh ya! Pikirin dosa! Dosa lo banyak sama gue, tobat dulu baru boleh mati," ucap Merza tidak serius. Dia selalu mendoakan Regan panjang umur, karena dia sendiri juga tak ingin Regan pergi meninggalkannya. Cukup di mimpi itu saja, dia tak ingin itu menjadi nyata.
Regan mengangguk pelan menanggapi ucapan Merza, "Oke, nanti gue tobat."
Merza mengeram kesal mendengarnya, "Tau ah kesel gue sama lo!" ucapnya marah dengan tangan bersedekap. Mengingat tadi Regan tak membalas pesannya, padahal telah ia baca. Kalau seandainya saja dia balas, Merza tak mungkin menunggunya hingga berakhir mimpi buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomansaApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...