"Jangan terlalu membenci seseorang jika kamu takut kehilangannya."- P e r i s h a b l e -
46. Maaf dan terima kasih
****
Seusai sarapan pagi, Regan tetap berada di restoran hotel menunggu Davin yang beberapa menit lalu masih terlelap. Dia mendengus pelan, padahal semalam Regan sudah mengatakan jika mereka akan pergi pukul 9. Namun nyatanya perkataannya itu tak diindahkan.
Kamar mereka berbeda, karena Regan tidak ingin tidur dengan suara dengkuran Davin yang amat menganggu. Maka dari itu dia tidak tahu jika nyatanya Davin belum bangun juga.
Regan kembali mengirim pesan ke nomor Davin, dan tak lama kemudian cowok itu membalas jika dia akan turun menuju restoran. Setelah membaca pesan itu, jari Regan beralih membuka room chat-nya bersama Merza. Awalnya dia ingin mengirim pesan saja, namun yang terjadi dia malah menelepon gadis itu.
Namun sudah beberapa detik berlalu, tak ada tanda-tanda Merza akan menjawab penggilannya.
"Pagi sayang! Cepet kan gue datengnya?" seru Davin dari arah belakang sembari menepuk pundak cowok itu. Dia tersenyum tanpa dosa, hingga Regan menatapnya tajam.
"Najis."
Davin kembali tertawa, dia mengambil tempat di depan Regan. Lalu meminum sisa teh cowok itu hingga habis tak tersisa.
"Lagi nelpon siapa lo?" Davin melihat Regan yang tengah bersandar dengan ponsel yang menempel ditelinganya.
"Ohh gue tau! Pasti si merjak, kan? Aelahh tumben amat lo nelpon dia duluan? biasanya dia yang sibuk nelponin lo pagi-pagi," ujar Davin yang tepat sasaran.
Regan menurunkan ponselnya dari telinga lalu meletakkan benda itu di atas meja. Biasanya memang begitu, Merza tidak pernah absen mengirim pesan ataupun menelponnya di pagi hari. Tapi untuk hari ini, Regan yang meneleponnya duluan. Dan itu pun tak ada jawaban.
"Napa? Kaga di angkat sama tuh anak?" tanya Davin melihat raut wajah Regan yang datar tanpa ekspresi.
"Hm. Cabut, taksi udah di depan," ucapnya lalu bangkit berdiri setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dan berlalu pergi dari sana tanpa menunggu Davin.
"Lah lah, gue belum sarapan woi!" teriakkan itu terdengar dari arah belakang, namun Regan tak menggubris dan langsung menuju ke lobby hotel.
Davin berdecak, dia menyentuh perutnya yang berbunyi, melihat sisa roti di piring Regan dia pun tanpa berpikir panjang langsung meraihnya, lalu kemudian berdiri dan berlari kecil seraya memasukkan potongan roti itu ke dalam mulut.
"Oi temen laknat! Tungguin gue!"
****
Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Panti Jompo Werdha Tali Kasih ini memiliki bangunan dua tingkat dengan taman yang asri di sekelilingnya. Tampak di taman panti terlihat beberapa lansia tengah duduk di kursi roda, menikmati udara pagi dibawah sinar matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...