T I G A : AKANKAH MENJADI LUKA?

22.3K 2.1K 253
                                    

"Caranya memperlakukanku memang berbeda. Namun caraku mencintainya akan tetap sama."

- P e r i s h a b l e -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


- P e r i s h a b l e -

03. Akankah menjadi luka?


***


Suasana malam di sekitar danau buatan ini terlihat sepi. Padahal biasanya jika di waktu seperti ini tempat yang di hiasi oleh lampu berwarna warni dengan tanaman bunga di sekelilingnya itu terlihat ramai.

Di antara beberapa orang yang berada di sana terlihat seorang gadis yang tengah duduk di atas rerumputan. Seorang diri dan sekali mengusap lengannya akibat angin yang terasa menusuk kulit.

Tak lama kemudian seorang cowok berpostur tubuh tinggi dengan jaket denim yang melapisi tubuh atlentisnya itu datang sembari membawa dua kaleng minuman, setelah memberikan salah satunya pada Merza, dia duduk di samping gadis itu.

"Ngapain lo keluar malem-malem?"

Merza menoleh ke arah Regan, dia tersenyum, "Nggak ada sih, gue cuma suntuk di rumah mulu," jawabnya yang tidak seperti kenyataan.

"Suntuk di rumah harus banget duduk di pinggir jalan?" Regan bertanya lagi, ada nada sindiran dalam ucapannya, membuat Merza mendengus kecil.

"Kenapa kalo gue duduk di pinggir jalan? Gue 'kan cuma duduk, siapa tau aja ada cogan yang nyantol sama gue," balas Merza dengan sedikit menyombongkan diri diakhir kalimat.

"Coba aja besok. Kalo ada berarti matanya katarak."

Merza melebarkan matanya dan menoleh ke arah Regan. Dia menatap cowok itu kesal.

"Maksud lo gue jelek, gitu?"

"Lo ngerasa? Yaudah."

Wajah Merza semakin memerah, dia mengalihkan pandangan dan melipat kedua tangan di depan dada. Dia sudah kesal dengan kejadian tadi, dan ditambah lagi dengan ini.

"Marah?" Regan memiringkan sedikit kepalanya, melihat wajah Merza yang masam. Lalu detik berikutnya cowok itu terkekeh pelan, lucu melihatnya.

"Iya, gue marah! Kenapa? Nggak suka?" balas Merza ketus tanpa melihat Regan. Tadinya dia berpikir jika kehadirannya dapat membuat perasaan Merza sedikit tenang, tetapi ini malah sebaliknya.

"Kalo ngomong itu liat orangnya."

"Males! Lo ngeselin! Nyesel gue kenapa mau lo ajak ke sini!"

Regan tersenyum tipis, "Nyesel? Nggak percaya gue."

"Serah lo," tukas Merza dengan tetap mempertahankan posisinya tadi.

"Liat gue sini."

"Ogah."

Perishable (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang