"Jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu. Akankah kita dapat bersama?"
- P e r i s h a b l e -
23. Bisikan
****
Sebuah bus berhenti tepat di depan halte, gadis yang mengenakan hoodie hitam itu pun turun lalu berjalan lambat menuju rumahnya yang berjarak beberapa meter dari sini. Mungkin, memakan waktu sekitar lima menit lebih.
Dia baru saja pulang dari rumah sakit karena Omanya harus dirawat disana akibat demam tinggi. Untung saja Kakak sepupunya bersedia untuk menjaga, jadi dia bisa pulang karena besok ada kuliah pagi.
Kedua orangtua Ghea sudah bercerai dua tahun yang lalu, dan kini pun mereka sudah memiliki keluarga masing-masing. Maka dari itu Ghea sangat patuh pada Omanya, karena hanya dia yang Ghea punya.
Gadis itu menghela napas panjang, dia memasukan kedua tangan ke dalam kantung hoodie. Suasana yang sepi karena sudah hampir tengah malam sedikit membuat Ghea was-was.
Langkahnya mendadak terhenti. Dia mundur beberapa langkah untuk bersembunyi di balik tembok karena ada seseorang berpakaian serba hitam yang terlihat tengah mengintai di depan sana.
Ghea memicingkan matanya, apa jangan-jangan itu lelaki bertopeng? Melihat gerak-geriknya yang mencurigakan, membuatnya yakin jika itu orang jahat.
Sebenarnya Ghea ingin pergi saja, namun dia tidak ingin menjadi pengecut seperti kejadian beberapa tahun yang lalu. Andai waktu itu ia memamfaatkan keahlian bela dirinya untuk melawan penjahat yang mencelakai Kakak Merza, mungkin keadaannya akan berbeda sekarang.
Melihat sebuah balok kayu yang berada di dekat kakinya, Ghea lantas mengambil itu. Dia menutup kepalanya dengan tudung hoodie, lalu melangkah lambat memasuki sebuah gang kecil dengan cahaya yang minim.
Ghea menarik napas berulang kali, lalu setelah yakin dia pun berlari lalu memukul orang itu dengan sekuat tenaga, hingga terdengar rintihan akibat pukulannya yang menyebabkan hidung orang itu berdarah.
"Heh! Gila lo ya?!" teriak cowok itu marah, dia menyeka hidungnya, lalu menatap Ghea tajam.
"Lo yang gila! Lo mau bunuh orang, kan? Ngaku nggak lo?!"
Orang itu berkacak pinggang, akibat kedatangan cewek ini dia jadi kehilangan jejak.
"Lo liat tampang gue kayak pembunuh?"
Ghea sontak mengangguk, "Lo bertatto."
"Ck, apa hubungannya? Lo pikir semua yang bertatto itu orang jahat? Jangan asal nilai orang, mending lo pergi sana!" usir cowok itu, dia meringgis akibat luka di hidungnya.
Ghea menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal, merasa bersalah karena sudah salah target.
"Ya..ya..gue minta maaf, deh. Lagian lo ngapain malem-malem di sini? Udah gitu make acara ngintip-ngintip lagi, gue kan jadi mikir kalo lo orang jahat," balas Ghea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...