"Dulu, ada banyak hal yang membuatku tersenyum. Namun sejak kepergianmu, aku jadi lupa caranya bahagia."
- P e r i s h a b l e -
50. Good night
****
Gadis yang baru saja masuk ke dalam kamarnya itu langsung merebahkan diri diatas kasur dan tersenyum tanpa henti sejak Regan pergi dari rumahnya beberapa menit yang lalu.
Lelaki itu hanya datang untuk melihatnya dan memastikan jika dia baik-baik saja. Merza bahkan tak habis pikir mengapa Regan tidak istirahat saja dan menemuinya esok hari karena mengingat dia baru sampai siang tadi.
Tapi walau begitu, kedatangan Regan mampu membuat perasaannya lebih baik.
Deringan telepon membuat Merza langsung meraih ponselnya karena dia pikir itu dari Regan, tapi ternyata tidak. Gadis itu terdiam cukup lama menatap nama si penelepon. Dia tengah berpikir apa yang membuat orang ini meneleponnya tengah malam.
"Halo?"
"Za, ini soal Ghea."
Mendengar itu Merza langsung bangkit dari tempat tidurnya. Suara Lyora yang terdengar bergetar itu membuatnya penasaran sekaligus khawatir.
"Ghea? Ghea kenapa?"
"Sebelumnya gue minta maaf sama lo karena gue baru bilang ini sekarang. Kemarin gue ngeliat Ghea di bawa sama orang-orang aneh, mereka pake baju hitam. Gue pikir itu bukan Ghea, tapi ternyata itu beneran dia karena dia nggak bisa dihubungi dari kemarin."
Merza tercengang, dia hendak berpikir positif dan menganggap jika Ghea tengah ada kesibukan makanya gadis itu tidak mengaktifkan ponselnya. Tapi saat mengingat jika lelaki bertopeng itu juga mengincar Ghea, membuat pikirannya terbelah.
"Lo.. Lo ngeliat Ghea terakhir kali ada di mana?"
"Alamatnya gue kirim ke nomor lo, Za. Gue bingung mau ngasih tau ini ke siapa karena gue nggak kenal sama keluarga Ghea. Cuma lo teman dekat dia. Jadi gue yakin, lo pasti bisa nyari cara buat nolongin dia."
Merza hendak membalas ucapan Lyora, tapi gadis itu lebih dulu menutup telepon. Merza menghela napas berat, apakah perkataan Lyora bisa dipercaya? Merza sedikit bimbang antara harus percaya atau mengabaikannya saja. Tapi jika itu benar dan dia mengabaikan, Ghea bisa saja kenapa-napa.
Pesan masuk dari Lyora dan Merza lantas membacanya.
Bangunan kosong di pinggir jalan cendana
Haruskah Merza datang ke tempat itu untuk memastikan? Tapi bagaimana jika Ghea tidak berada di sana?
Merza melirik jam digital di atas nakasnya, sudah hampir tengah malam, dan tidak mungkin dia datang ke tempat itu seorang diri. Tapi jika dia menunggu sampai besok, bisa-bisa hal yang tak diinginkan terjadi pada Ghea malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...