"Jika tak ingin dikecewakan, maka jangan berharap apapun pada manusia."
- P e r i s h a b l e -
39. Love me?
****
Sumpah demi apapun, Merza tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Rasanya begitu canggung, kala berjalan bersama cowok jangkung yang berada di sampingnya ini. Dia tidak tahu apakah ucapan Regan tadi benar-benar dari hatinya atau memang dia hanya bermain-main.
Merza tidak berani bertanya, nyalinya tiba-tiba menghilang seketika bak tertiup angin hingga dia hanya bisa diam tanpa melakukan apapun.
Tujuan mereka datang ke pusat perbelajaan ini hanya untuk mencari buku yang akan Merza gunakan sebagai pedoman tugas kuliahnya, namun buku yang Merza inginkan sudah terjual habis.
Jadi mau tak mau, dia harus berpikir hendak mencari buku itu ke mana lagi. Ingin bertanya pada Ghea, namun gadis itu tak kunjung membalas pesannya.
"Mau ke mana lagi?"
Merza menolehkan kepala ke samping, hanya menatap Regan beberapa detik karena ia sudah mengalihkan pandangan. Tangannya mengusap tengkuk, dia tidak gugup, tidak. Hanya saja dia merasa..aneh.
"Em.., ke mana yaa," Merza memasang wajah seolah berpikir, walau isi kepalanya dari tadi selalu terisi oleh satu hal.
"Terserah lo aja deh, gue ngikut," lanjutnya tersenyum kaku. Perlahan kakinya bergerak ke arah samping, sedikit menjauh dari Regan. Perasaannya sejak tadi tidak enak, dia tak bisa berpikir jernih, jantungnya juga tak bisa diajak kompromi.
Apakah kini mereka benar-benar berpacaran? Tapi tadi, Regan tak mengatakan itu. Dia hanya memaksa Merza untuk menjawab, 'iya.'
Dan apakah benar jika Regan menyukainya? Tapi kelihatannya, perlakuan cowok itu pada dirinya terlihat biasa saja. Dia hanya sekadar perhatian. Dan itu bisa saja terjadi karena dia menganggap Merza teman. Dia tak pernah berkata manis pada Merza, dia juga tak pernah bersikap romantis.
Lalu, bagaimana Merza bisa percaya dengan perasaannya?
Saat sedang melamun dengan mata menatap kosong objek di depannya, membuat Merza tak sadar jika didepan sana terdapat gerombolan cowok yang berjalan berlawanan arah dengannya, untung saja tangan Regan lebih dulu menarik cewek itu sehingga dia berada di samping Regan sekarang.
"Kenapa? Sakit?" tanya cowok itu, kala merasa tangan Merza yang ia genggam terasa dingin. Wajahnya juga terlihat pucat, ditambah lagi dia diam saja sejak tadi.
Merza lantas menggeleng kuat, tanpa menoleh ke arah Regah.
"Nggak, gue sehat, kok," ucapnya tersenyum tipis. Dia benar-benar tak bisa berkutik jika sudah begini, mengapa jantungnya sangat payah? Tangan kanannya yang digenggam Regan saja sudah membuat jantungnya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...