"Lukisan senja tak selalu terlihat indah. Karena malam akan menghapus jejak hadirnya.
Begitu juga dengan manusia, yang tak selalu terlihat baik, karena keadaan bisa saja merubahnya."- P e r i s h a b l e -
05. Tentang lukisan***
Merza menatap kagum bangunan berlantai dua dihadapannya. Dia menolehkan kepala ke samping, di sana terdapat banyak tanaman hias beserta kolam ikan mini di sisi kanannya.
Dia tengah berada di depan rumah Regan, hasil pemaksaannya karena tadi cowok itu sempat menolak untuk membawanya ke sini.
"Di rumah gue nggak ada siapa-siapa," suara Regan barusan membuat Merza yang tengah asyik meneliti suasana disekitarnya menjadi mengalihkan pandangan.
"Oh ya? Nyokap bokap lo mana?" balasnya. Jika dilihat-lihat, sangat disayangkan bila rumah sebesar ini hanya dihuni oleh satu orang.
"Pergi. Udah, nggak usah banyak tanya. Masuk sana," ujar Regan sembari turun dari motornya dan mendahului Merza untuk masuk ke dalam rumah.
Gadis itu mengikuti langkah Regan dengan tangan yang menggaruk kepalanya bingung, dia terlalu kepo pada keluarga Regan. Apalagi saat mengetahui jika cowok itu tinggal sendiri. Dan juga, ke mana kedua orangtuanya pergi?
"Wahh lo beneran tinggal sendiri, Gan? Berani banget," ucap Merza takjub saat masuk kedalam rumah cowok itu.
Regan duduk di sofa setelah melepas jaket kulit cokelat yang dia kenakan, menyisakan kaus hitam polos.
"Buat apa gue takut? Duduk sini," kata Regan sembari menepuk sofa di sampingnya, memberi isyarat pada Merza agar duduk.
Cewek itu duduk di samping Regan dan menoleh ke arah cowok yang kini menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa lalu memejamkan mata. Merza menatap lekat wajah Regan, ia tersenyum tipis dan menggumam didalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...