"Jika ingin pergi, maka pergilah. Karena dengan begitu aku tahu, jika melepasmu memang harus."
- P e r i s h a b l e -
26. Liontin bulan
****
Sudah dua hari berlalu dan hingga kini Gio masih belum sadar dari komanya bahkan setelah menjalankan operasi akibat keretakan pada tulang tengkorak.
Didalam ruangan serba putih dengan berbagai alat bantu itu hanya di isi oleh suara yang berasal dari alat elektrokardiogram (EKG) yang merupakan alat perekam jantung seseorang.
Pintu didalam ruangan itu pun terbuka, memperlihatkan sosok lelaki yang kini berjalan mendekat.
Darga, cowok yang mengenakan kaus hitam yang dilapisi jaket cokelat itu menatap datar sosok Gio yang terbaring lemah. Dia cukup penasaran akan satu hal, mengapa Gio bisa kecelakaan?
Padahal dia sendiri yang mengajak Regan untuk balapan dengan Merza sebagai taruhan. Dan pasti dia sudah merencanakan sesuatu karena dia sendiri tak pernah menang jika melawan Regan.
Darga mengetahui itu dari salah satu anggota Drevagon, dan kini dia jadi penasaran, mengapa truk itu malah menabrak Gio? Apakah ada seseorang yang ingin ikut campur?
Namun, siapa?
Tak lama setelah itu ponselnya yang berada didalam saku jaket berbunyi, ada satu pesan dari nomor tak dikenal.
Lo nggak perlu tau siapa gue.
Dahinya mengerut, kepalanya pun menoleh ke segala sisi ruangan, mencari si pengirim pesan ini, namun, dia tak mendapati apapun.
Akhirnya dia memilih keluar dari sana untuk mencari orang ini, karena pasti dia berada di sekitar sini sekarang. Dan tepat pada saat langkahnya berbelok menuju koridor rumah sakit, saat itu pula matanya menangkap seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam dengan topi yang berwarna sama hingga menutupi sebagian wajahnya.
Dia tampak berjalan menunduk dan terburu-buru, maka dari itu Darga mengikutinya karena dia begitu mencurigakan.
Namun karena berjalan cepat dan hanya terfokus pada orang itu, Darga tak terlalu memperhatikan jalan hingga tak sengaja menabrak seseorang.
"Sorry, gue nggak sengaja," katanya, lalu hendak kembali menyambung langkah.
"Elo?" ucap Ghea membuat Darga berhenti.
"Siapa?"
Ghea mendengus pelan mendengar jawaban Darga, dia pikir cowok ini mengingatnya.
"Lo nggak inget? Gue yang nggak sengaja mukul lo waktu malam itu, masa lupa, sih? Padahal nggak sampe seminggu yang lalu," jawab Ghea dan Darga mengangguk pelan setelah mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...