"Masih berharap dia kembali ada walau kehilangannya begitu nyata."
- P e r i s h a b l e -45. Menit terakhir
****
Suara bising yang berasal dari dance floor, asap vape dan rokok yang bergumpal menjadi satu diudara, sudah cukup menjelaskan tempat dimana gadis itu berada.
Tangannya meraih sebotol wine, lalu menuangkannya ke dalam gelas kecil dan menenggaknya hingga habis. Tidak tahu sudah gelas ke berapa, Grace tidak peduli. Pikirannya berkecamuk memikirkan tentang seorang lelaki bernama Daniel Liodan A, itu.
Siapa dia sebenarnya? Mengapa identitasnya tidak bisa ditemukan?
Grace sudah berusaha mencari tahu, dia bahkan meminta orang kepercayaan di keluarganya untuk menyelidiki kasus tersebut, tapi tetap saja, hasilnya nihil.
Semua informasi mengenai dirinya tidak dapat ditemukan. Seolah dia hidup dengan identitas yang baru sehingga nama aslinya tidak diketahui. Jika terus begini, akan sulit mencari tahu penyebab mengapa kasus kematian Melva ditutup. Dan dia pun tidak bisa menemukan siapa pelaku pembunuhan gadis itu.
Grace dapat menebak, jika Daniel Liodan A itulah yang membunuh Melva. Oh, atau mungkin anaknya? Itu bisa saja terjadi. Namun tidak bisa juga dipastikan kebenarannya karena tak ada bukti apapun.
Ia menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata. Kepalanya sudah terasa berat. Awalnya dia tidak berniat untuk meminum terlalu banyak, tapi nyatanya dia terlalu sulit mengendalikan diri.
Mengingat jika waktu sudah terlalu larut, Grace pun bangkit berdiri, dia ingin pulang ke apartemennya. Namun karena tak bisa menjaga keseimbangan, dia kembali terduduk.
Grace berdecak, pandangannya mulai mengabur. Entah dia lupa atau tidak menyadari jika dirinya sendiri tidak kuat minum cairan alkohol itu.
Seorang lelaki bertatto datang menghampiri Grace yang terlihat memejamkan matanya. Lelaki itu duduk disamping Grace, lalu mendekatkan wajahnya untuk mengendus leher gadis itu.
Dan kemudian berbisik ditelinganya, "Mau main semalem sama gue, nggak? Gue nggak main kasar kok, sayang," bisiknya lirih. Mungkin jika Grace tengah sadar, gadis itu akan bergedik lalu menendangnya saat itu juga.
Saat lelaki itu hendak kembali mendekatkan wajahnya ke arah Grace, saat itu juga dia terjatuh karena tarikan seseorang yang entah datang dari mana.
"Dia cewe gue," kalimat itu terdengar datar dan juga penuh penekanan. Dan mau tak mau, lelaki tadi pergi dengan wajah kesal.
Gio menatap datar ke arah kearah Grace yang telah kehilangan kesadaran, lalu matanya beralih melihat botol wine yang terletak diatas meja. Tampak tak berisi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomansaApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...