Apa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan?
Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...
"Hadirnya begitu berarti. Hingga kepergiannya membuat sebagian diriku mati."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- P e r i s h a b l e -
43. About 'A'
****
"Kok mendadak banget lo perginya? Emang urusan apaan, sih?" tanya Merza setelah mendengar ucapan Regan yang mengatakan jika dia akan berangkat ke Bali siang nanti.
Kini mereka tengah berada di dalam mobil yang hendak menuju kampus. Regan fokus pada jalan didepannya, sedangkan Merza menoleh sepenuhnya ke arah Regan, menunggu jawaban cowok itu.
"Urusan penting. Nanti lo juga bakal tau," Merza mendengus pelan, bukan itu jawaban yang dia inginkan.
"Penting banget?"
"Hm," balas Regan singkat. Benar, kan? Baginya ini penting karena menyangkut Merza.
Gadis dengan t-shirt putih yang dilapisi kemeja flanel berwarna hitam itu tidak mau memperpanjang lagi, jadi dia hanya mengangguk singkat dan menyandarkan punggungnya sembari melipat kedua tangan didepan dada.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Berapa hari?"
"Dua."
Merza mengangguk kecil lagi, dua hari bukan waktu yang begitu lama.
"Yaudah, nanti gue ikut nganter ke Bandara, ya?"
Regan menoleh ke arah Merza, "Pulang kuliah jam berapa?"
"Em..," Merza mengingat jadwal kuliahnya sendiri. Hari ini seingatnya ada dua mata kuliah.
"Jam dua deh kayaknya."
"Gue berangkat jam satu."
"Yahh..," Merza menegakkan tubuhnya, dia melihat ke arah Regan, "Kalo gitu gue bolos satu mata kuliah aja, deh."
"Nggak boleh. Lo udah bodoh, jangan jadi makin bodoh."
"Ish!" Merza berdecak kesal mendengar itu. Bolos satu mata kuliah tidak mungkin membuat dirinya bodoh.