"Kamu memberiku satu harapan, hingga ku yakinkan hatiku untuk bertahan.
Namun kini, kamu memberiku satu kalimat tentang kepergian. Hingga ku kuatkan hatiku untuk siap melepaskan."
- P e r i s h a b l e -
34. Impossible
****
Siang ini karena tidak ada kegiatan apapun, Merza memilih duduk di pinggiran kolam renang, dengan kedua kaki yang dimasukkan ke dalam.
"Itu mimpi, kan? Tapi kok kayak nyata, sih?" terhitung sudah hampir sepuluh kali Merza mengumamkan pertanyaan yang sama. Dia sangat yakin ucapan Regan semalam adalah mimpi.
'I love you too.'
Satu kalimat itu terus terngiang-ngiang di pikirannya saat ini.
"Ah, tau ah! Bodo amat! Lagian kalo Regan bener-bener suka sama gue, dia nggak mungkin dingin ke gue. Iya, kan?" Merza menganggukkan kepalanya. Menjawab pertanyaannya sendiri.
Dia menggoyangkan kakinya yang berada di dalam kolam. Kelas pertamanya pada hari ini di mulai jam 1 siang nanti. Dan itu membuat Merza tidak tahu harus melakukan apa.
"Huft, bosen banget gue," Merza mendengus sembari meraih ponselnya yang terletak di samping. Tidak ada notifikasi apapun, padahal tadi Merza sempat mengirim pesan pada Ghea. Menanyakan kenapa dia buru-buru pergi kemarin. Tapi sampai sekarang tak kunjung ada balasan.
Ini tidak seperti Ghea yang biasanya.
Gadis dengan kaus putih oversize dan hotpants jeans itu kembali pada kegiatannya tadi. Yaitu diam dan melamun. Andai saja Bi Ina ada di rumah, dia pasti tidak terlalu kesepian.
Suara yang berasal dari perutnya membuat Merza meringgis, dia lapar karena tadi hanya memakan roti. Bukannya tidak mau masak makanan sendiri, hanya saja Regan sudah melarangnya. Cowok itu tidak mau dapurnya kebakaran.
Merza menghela napas panjang, dia bangkit berdiri hendak masuk ke kembali ke dalam rumah, tapi saat ujung matanya tak sengaja menangkap sesuatu. Dia pun berhenti.
"Eh, itu mangga? Banyak bangett," seru Merza takjub melihat buah dari pohon mangga yang terlihat dari atas tembok pembatas. Tembok beton yang tingginya kira-kira hampir tiga meter itu adalah pembatas antara halaman belakang rumah Regan dan rumah sebelah. Di bawahnya juga terdapat pintu besi yang terlihat berkarat, mungkin karena jarang di gunakan.
Tidak perlu berpikir panjang, kini Merza sudah berdiri di depan tembok dengan sebuah tangga yang siap untuk di gunakan. Untuk memastikan jika dia tidak ketahuan, Merza pun mengintip dari balik pintu besi. Tidak ada siapapun di halaman rumah sebelah, dan itu berarti. Dia aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...