"Dan kini aku mulai yakin. Jika perasaan yang tulus akan menghadirkan luka yang terlalu dalam."
- P e r i s h a b l e -
07. Menjauh
***
Langkah kaki itu terdengar jelas didalam sebuah bangunan tua berlantai dua. Tempat yang gelap, namun dipenuhi oleh lukisan-lukisan aneh. Tidak banyak yang tahu tempat ini, karena letaknya sangat tersebunyi. Bahkan mereka yang akan memasukinya harus melalui jalanan kecil ditengah hutan.
"Akhirnya lo dateng juga."
Tangan itu terkepal sempurna beserta tatapan tajam yang dia arahkan pada sosok lelaki berambut gondrong di depannya.
"Mana dia?"
Cowok berjaket hitam dengan logo tengkorak di belakangnya itu tersenyum sinis. Tanpa bertanya pun dia tahu apa yang di maksud lawan bicaranya.
"Lo nggak perlu tau dia ada di mana."
Regan semakin mengeraskan rahangnya, niatnya datang ke sini adalah untuk menghajar orang itu habis-habisan. Memberikan pelajaran untuk kedua kalinya.
"Lo mau mati?"
Gio, cowok yang tubuhnya hampir dipenuhi tato itu tersenyum sinis, "Lo mau bunuh gue, juga?" tanyanya lalu mulai melangkah mendekat.
"Ck, temen-temen lo yang polos itu pasti nggak tau gimana sifat brengsek lo yang sebenarnya. Lo pinter ngambil hati mereka, salut gue," ucapan Gio itu berhasil membangkitkan emosi Regan, dia langsung menghajar Gio hingga cowok itu terhuyung kebelakang.
"Jaga omongan lo."
Gio menyeka hidungnya yang mengeluarkan darah, dia berdiri tegak lalu tersenyum sinis kemudian, "Kenapa, lo takut identitas lo kebongkar?"
"Gue nggak takut."
Gio mengangguk dan bertepuk tangan, salut pada keberanian Regan. "Oke, gue akui lo cukup berani. Tapi asal lo tau, hidup orang-orang di sekitar lo nggak bakal tenang," ucap Gio serius dengan wajah dinginnya.
"Lo tau kan, siapa yang gue maksud?" tanya Gio dengan menampilkan senyun smirk-nya, semakin membuat Regan menggepalkan tangan hingga urat-urat pada punggung tangannya terlihat jelas.
"Nyawa, dibayar nyawa. Iya, kan, Bos?"
****
Sudah terhitung dua jam lamanya Merza duduk di depan rumah Regan. Dan selama itu pula dia tidak berhenti mengusap lengan, akibat angin malam yang terasa menusuk kulit. Ditambah lagi tanda-tanda akan turunnya hujan mulai terasa. Karena tampak tak ada dibintang di langit malam, dan juga petir yang terdengar bersahutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomanceApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...