E M P A T P U L U H E M P A T : DATANG ATAU MATI?

7.3K 608 663
                                    

"Hidup itu berarti. Jadi jangan memilih mati. Karena tak semua manusia bisa berjalan dengan kakinya sendiri."

- P e r i s h a b l e -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- P e r i s h a b l e -

44. Datang atau mati?

****

Ruangan kotor dan cahaya lampu yang redup adalah hal pertama kali yang Viola lihat serta ia membuka mata. Merasa aneh dengan kedua tangannya, gadis itu pun mencoba menggerakkan tangannya yang terikat, ia meronta-ronta dan berteriak minta tolong. Namun tak ada suara yang terdengar kecuali suara serangga dimalam hari.

Dia seolah berada dirumah yang terletak ditengah hutan.

Viola mulai mengingat kejadian terakhir sebelum dia berakhir ditempat ini. Dalam ingatannya dia pergi ke taman belakang kampus karena Andien memintanya ke sana, namun nyatanya Andien tidak mengatakan itu. Lalu tak lama kemudian seseorang memukul kepalanya dari arah belakang hingga dia terjatuh dan tak sadarkan diri.

Viola menghela napas panjang, peluh mulai membasahi dahinya. Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Viola bahkan tidak tahu siapa yang membawanya ke tempat ini karena tidak ada siapapun selain dirinya.

Perlahan bunyi langkah kaki dan gesekkan benda besi mulai terdengar mendekat hingga Viola merasa takut. Gadis berponi itu menatap was-was lorong kecil gelap di depannya. Tampak disana sosok lelaki berpakaian serba hitam dengan kapak ditangannya tengah berjalan mendekat.

Napas Viola tercekat, sorot matanya sudah cukup menjelaskan sebesar apa rasa takutnya saat ini. Ia mencoba menggerakkan kursi kayu yang ia duduki untuk menjauh, namun tentu saja, itu tak akan berhasil.

Lelaki itu membuka topengnya, lalu tersenyum menatap Viola sembari menunduk untuk menyelipkan helaian rambut gadis itu ke belakang telinga.

"Hai, cantik."

Viola memalingkan wajah ke arah lain, deru napasnya terdengar tak beraturan.

"Ka-kamu..kamu siapa?" cicit pelan, Viola bahkan tak berani menatap wajah orang itu.

"Lo mau tau gue siapa?" balasnya seraya kembali menegakkan tubuh. Dia mulai berjalan pelan memutari Viola sambil menyentuh wajah gadis itu dengan kapak ditangannya.

"Gue..adalah.., malaikat?" ucapnya tersenyum iblis.

"Tolong..tolong jangan bunuh aku..," kata Viola dengan nada memohon, ia memejamkan matanya yang berair.

Perkataan Viola membuat lelaki itu tertawa, "Ternyata lo udah tau kalau bakalan gue bunuh."

Tanggisan Viola terdengar jelas, dia menggelengkan kepala dan menatap lelaki itu dengan penuh permohonan.

"Lo mau keluar dari sini?" tanyanya membuat Viola mengangguk cepat.

Lelaki itu pun mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku celananya, mengaktifkan benda itu lalu memperlihatkan layarnya ke depan wajah Viola.

Perishable (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang