"Ada beberapa hal yang bagiku sulit untuk dilupakan. Dan kamu adalah salah satunya."
- P e r i s h a b l e -
57. You will go?
****
"Sebelum lo ngelakuin itu, lo duluan yang gue bunuh."
Lyora menurunkan tangannya yang terdapat pistol. Dia menggeram kesal dan langsung berbalik hendak menembak kepala orang itu.
Namun gerakkan tangan Grace tak secepat dugaan Lyora, dia berhasil menangkis serangan hingga pistol Lyora terlempar.
"SIALANN! SIAPA LO, HAH?!" teriak Lyora dengan mencekik leher Grace, dan langsung dibalas dengan tendangan diperut Lyora saat itu juga hingga gadis itu terduduk.
"Gue?" Grace membungkuk menatap Lyora sembari menunjuk wajahnya sendiri, "Orang yang bakal bawa lo ke neraka."
Lyora mengeram kesal, dia menoleh ke samping melirik pistolnya yang terjatuh, lalu kemudian bangkit berdiri dan langsung meraih benda itu. Dan mengangkatnya hingga sejajar dengan wajah Grace.
"Kalau lo nggak mau mati, keluar dari sini!" ancam Lyora. Dia tidak ingin rencananya untuk melenyapkan Merza gagal untuk kesekian kalinya.
Grace tersenyum sinis, dia bahkan tak menunjukkan raut ketakutan, "Salahnya gue memang mau mati," balasnya dan menembakkan satu peluru ke atas. Hingga suara tembakkan terdengar nyaring. Kesempatan itu Grace ambil dengan merebut pistol ditangan Lyora karena gadis itu kehilangan fokusnya.
Grace tertawa, dia menunjukkan kedua pistol itu, "Gimana? Mata kiri atau mata kanan?"
"Sialan," Lyora berdesis. Tahu jika keadaannya berbahaya, tangan pun lantas bergerak untuk menekan tombol kecil pada kalung berliontin bulan yang ia kenakan. Hingga tak beberapa lama kemudian, para anak buahnya datang dengan mengerubungi mereka.
Orang-orang itu hanya akan datang jika Lyora memberi perintah. Dan sebelum perempuan aneh ini datang, Lyora tidak mengizinkan mereka untuk masuk. Maka dari itu, sebagian anak buahnya berjaga di luar, dan sebagian lagi berada di ruang bawah tanah.
Ya, dia memang hebat dalam memilih tempat.
Grace menatap satu per satu lelaki yang mengenakan topeng itu, lalu melihat ke arah tangan mereka, yang masing-masing memiliki pisau.
"Lo pikir gue takut?" tepat setelah Grace mengatakan itu, Regan, Darga, Alfi dan juga Arlen berlari masuk ke dalam bangunan. Napas mereka terlihat tersengal-sengal, dengan keringat yang membasahi wajah.
Regan langsung berjalan mendekati Merza, melihat jika gadis itu tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dikepalanya, membuat Regan lantas memeluknya. Lelaki itu menyeka darah di pipi Merza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perishable (Segera Terbit)
RomansaApa yang kamu rasakan saat bisa menjadi pacar seorang lelaki yang kamu cintai? Pasti bahagia, bukan? Dan itulah yang Merza rasakan. Awalnya dia begitu bahagia karena bisa berpacaran dengan Regan, dan tak peduli dengan sikap dingin cowok itu padanya...