Part 60. Rumah Sakit

394 29 3
                                    

Ini adalah karya kolaborasi yang berarti karya yang di buat bersama. Antara authour (@Patimah_WIZONE/ Siti_One_it) dan twins_identik/Patonah_Wizone.

Jadi jangan hanya mengenali satu penulis, kenali juga penulis yang lainnya ok 😊😊😊

Happy Reading 😘😘😘

Alana tampak mengejap - ngejabkan kedua matanya saat indra penciumannya menangkap bau obat - obatan. Tak sampai dua detik mata itu sudah terbuka dengan lebarnya. Ia mulai mengedarkan matanya kearah sekelilingnya untuk mencari keberadaan seseorang yang di cintainya itu.

Tapi ia tidak menemukan Devano dimana pun. Membuat perasaannya mulai khawatir. Apakah Devano mati di bunuh oleh pria tua itu.

Alana tidak tahu, karena setelah mendengar suara tempakan itu jiwanya seolah di cabut dari tubuhnya dan ia pun jatuh pingsan. Ia juga tidak tahu siapa yang membawanya kesini.

Yang jelas, saat bangun tadi ia sudah berada disini, di dalam sebuah ruangan bernuansa putih. Tidak, lain adalah ruang inap di rumah sakit.

Pandangan mata Alana kini ia arahkan kebawah, lebih tepatnya kearah perutnya. Alana tampak menghela nafasnya dengan lega saat ia masih mendapati perutnya yang membuncit. Itu berarti bayinya selamat.

Alana langsung mengucap syukur di dalam hatinya sambil mengelus perutnya dengan lembut. Takut menyakiti calon bayinya di dalam sana.

Eh...
Alana baru sadar jika telapak tangannya yang sempat terluka itu kini sudah di perban dengan rapih dan bukan hanya itu saja karena kedua lengannya yang terluka pun sudah ikut di perban.

Alana kembali menatap kearah perut buncitnya dan berucap. "Sayang... terimakasih karena sudah bertahan di dalam perut Bunda. Bunda janji akan lebih berhati - hati lagi mulai sekarang karena Bunda tidak ingin lagi membahayakan keselamatanmu."

Tanpa bisa Alana cegah cairan bening itu justru keluar dan membasahi kedua pipinya. Alana menangis karena merasa bahagia calon anaknya selamat dari bahaya. Ia pikir ia tidak akan pernah lagi keluar dari sana dan bertemu dengan Devano.

Sepertinya tuhan masih berbaik hati padanya dan mengizinkannya untuk membesarkan buah hatinya.

Tapi bagaimana dengan keadaan suaminya, Devano tidak mungkin meninggalkannya bukan. Ia tidak akan pernah sanggup jika itu semua benar terjadi. Lalu bagaimana dengan nasib calon bayinya? Apakah ia harus membesarkan buah cinta mereka tanpa Devano disisinya.

Alana semakin terisak saat pikiran - pikiran negatif itu bermunculan di dalam otaknya. Tapi usapan lembut di puncak kepalanya membuat Alana terkejut dan menghentikan tangisnya. Ia mendongakkan kepalanya guna melihat siapakah orang yang berani menyentuh kepalanya. Karena hanya Devano lah satu - satunya yang ia izinkan melakukan itu semua.

"Dev..."
Alana terkejut bukan main saat mendapati sosok suaminya berdiri tepat di samping ranjangnya dan tersenyum manis kearahnya.

Benarkah yang ia lihat saat ini? Benarkah Devano selamat dari bahaya itu? Benarkah ia masih di beri kesempatan untuk hidup bersama dengan lelaki yang di cintainya itu?

Alana mengejap - ngejapkan kedua matanya seolah tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini.

"Dev... benarkah ini kau?"

Alana tampak mengulurkan sebelah tangannya yang tidak di infus kearah wajah Devano. Membingkai wajah itu dengan tangannya.

"Iya, sayang. Ini aku Devano, suamimu." Saut Devano dengan nada suara yang lembut. Mata Alana tampak berkaca - kaca saat mendengar ucapan suaminya itu dan isakan itu kembali terdengar keluar dari bibir mungil Alana.

Menikah Karena Perjanjian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang