Novel ini juga ada di Aplikasih Noveltoon dengan judul yang sama. Episode di Noveltoon jauh lebih komplit dan banyak.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Alana terpaksa harus mau menikah dengan putra dari Bu Rika yang tidak lain adalah Devano Denandra Pradip...
Ini adalah karya kolaborasi yang berarti karya yang di buat bersama. Antara authour (@Patimah_WIZONE/ Siti_One_it) dan twins_identik.
Jadi jangan hanya mengenali satu penulis, kenali juga penulis yang lainnya ok 😊😊😊
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruangan meeting.
"BODOH... BAGAIMANA BISA KALIAN YANG SUDAH BEKERJA CUKUP LAMA DISINI JUSTRU MASIH SAJA MEMBUAT KESALAHAN SEPERTI INI, HAH..."
Devano berteriak memarahi kesepuluh karyawannya dari defisi keuangan. Karena keteledoran mereka yang salah menghitung jumlah pemasukan dan pengeluaran satu bulan ini. Dan itu sudah di anggap fatal oleh Devano.
Semua orang yang berada di ruangan itu tampak hanya bisa menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah marah Presdir mereka saat ini, suasana di ruangan ini pun terasa langsung mencengkam.
"Maaf Pak, kami... "
Ucapan manajer keuangan di kantor ini langsung di potong oleh Devano.
"Kau pikir ini masalah sepele yang setelah kau minta maaf masalah akan selesai, HAH. TIDAK."
Lagi - lagi Devano berteriak memarahi semua orang yang berada di ruangan meeting ini.
Membuat mereka semua semakin menundukkan kepala mereka dalam - dalam dan tidak berani untuk sekadar mengangkat kepala mereka.
Nyali mereka semua menciut saat melihat Presdir mereka marah seperti itu.
"Saya tidak mau tau kalian semua yang berada di ruangan ini harus kembali menghitung pemasukan dan pengeluaran bulan ini dengan benar, besok pagi saya ingin berkas itu sudah ada di ruangan saya, mengerti."
Ujar Devano masih dengan ekspresi marahnya sambil menatap satu persatu karyawannya.
Dan mereka yang berada di ruangan ini jelas terkejut mendengar penuturan dari Presdirnya itu.
Mereka harus kembali mengulang untuk menghitung pemasukan dan pengeluaran bulan ini yang tidak sedikit jumlahnya.
Dan sang Presdir menyuruh mereka menyetorkannya besok pagi, itu tandanya mereka harus lembur malam ini. Salah satu lelaki berkaca mata di depan Devano tampak mendongakkan kepalanya dan menatap kearah Presdirnya.
