Part 10. Marah

6.9K 248 11
                                    

Ini adalah karya kolaborasi yang berarti karya yang di buat bersama. Antara authour (@Patimah_WIZONE/ Siti_One_it) dan twins_identik.

Jadi jangan hanya mengenali satu penulis, kenali juga penulis yang lainnya ok 😊😊😊

Jadi jangan hanya mengenali satu penulis, kenali juga penulis yang lainnya ok 😊😊😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devano dan Alana kini terlihat tengah duduk di ruang santai di dalam mansion. Alana memilih duduk berhadapan dengan Devano dari pada dia harus duduk di samping Devano.

Devano tahu jika wanita di depannya ini masih sangat marah padanya terlihat dari ekspresi wajah Alana yang tampak kesal belum lagi gerak-gerik wanita itu yang selalu menengok ke kanan dan kiri tanpa mau menatap kearahnya.

"Apa sebenarnya yang ingin kau katakan padaku? Jika memang tidak ada sesuatu yang penting lebih baik aku kembali ke kamar saja!"

Putus Alana karena sejak tadi Devano tidak juga mengatakan sesuatu apapun padanya membuat Alana terlihat menatap malas kearah Devano yang sejak tadi tampak menatap kearahnya.

"Bagaimana mungkin aku mengatakan sesuatu jika kau saja enggan untuk menatapku."

Seru Devano membuat Alana hanya bisa menghela nafas beratnya.

Apa sulitnya mengatakan apa yang ingin dia katakan padaku!!!

Kenapa aku harus menatapnya dulu baru dia mau mengatakan sesuatu padaku!!!

Ck... Dasar Tuan muda, dia pikir aku akan penasaran jika dia tidak mau mengatakannya!!! TIDAK, aku sama sekali tidak perasaan, toh dia yang ingin bicara padaku lebih dulu!!!

Pikir Alana sambil menatap Devano dengan tatapan kesalnya. Tapi Devano terlihat sangat santai saat pandangan mata mereka bertemu.

"Lebih baik aku pergi sekarang, kau membuang-buang waktuku, Tuan muda."

Setelah mengatakan itu Alana kini mulai bangkit dari atas sofa. Alana benar-benar tidak ingin berlama-lamaan dengan lelaki di depannya ini.

Alana kini membungkukkan tubuhnya kearah Devano. Membuat Devano diam - diam berdecak kesal.

Harus berapa kali lagi dia harus mengatakan pada wanita di depannya itu bahwa dia tidak suka wanita itu membungkuk seperti itu padanya!!!

Dia tidak gila hormat!!!

Kesal Devano dalam hati sambil menatap Alana. Tapi yang di tatap terlihat cuek saja. Membuat Devano hanya mendengus diam-diam.

Alana kini melangkahkan kakinya menuju pintu keluar ruang santai tapi langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Devano.

"Apa perlu aku percepat pernikahan kita. Supaya kau bisa patuh padaku?"

kata-kata itulah yang membuat langkah kaki Alana terhenti secara tiba-tiba.

Menikah Karena Perjanjian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang