Part 61. Kegelisahan Andine

72 0 0
                                    

Ini adalah karya kolaborasi yang berarti karya yang di buat bersama. Antara authour (@Patimah_WIZONE/ Siti_One_it) dan twins_identik/Patonah_Wizone.

Jadi jangan hanya mengenali satu penulis, kenali juga penulis yang lainnya ok 😊😊😊

              Happy Reading 😘😘😘

Sudah beberapa hari ini Andine merasa gelisah bahkan ia tidak bisa tidur dengan tenang karena masalah yang tengah ia hadapi. Andine bahkan tidak berani untuk keluar dari dalam apartemen milik Leo. Ia takut jika ia keluar beberapa langkah saja dari apartemen ini, Devano bisa saja menemukan keberadaannya.

Tidak, ia tidak mau sampai masuk  penjara. Seperti yang di alami oleh Dibyo sekarang. Andine terlihat memegangi perutnya yang tiba-tiba saja berbunyi. Ia sadar, ia belum makan sejak semalam.

Andine berjalan kearah dapur untuk mencari makanan. Andine membuka pintu kulkas berharap ada sedikit makanan yang di tinggalkan Leo sebelum pergi untuknya.

Kosong.
Tidak ada satupun makanan di dalam kulkas dan hanya ada sebotol air mineral di salah satu pintu kulkas tersebut.

Akhirnya Andine meraih botol air mineral itu dari dalam kulkas lalu membuka nya setelah itu ia segera menenggak habis air tersebut dengan cepat tanpa tersisa setetes pun, tetapi ia tetap merasa lapar.

Air mineral tidak bisa menghilangkan rasa laparnya. Sungguh Leo, benar-benar tidak pengertian. Bagaimana bisa ia lupa mengisi persediaan di dalam kulkasnya. Apa dia lupa jika sekarang dia tidak tinggal disini seorang diri. Ada penghuninya lain yang perlu di beri makan dan tidak hanya sekedar air mineral.

"Bagaimana mungkin dia hanya menyediakan sebotol air mineral untukku." Gerutu Andine kesal sambil membuang botol yang sudah kosong itu ke dalam tempat sampah yang berada di samping kulkas.

Andine menatap sekeliling dapur milik Leo yang sangat sederhana dan tampak kosong. Seperti jarang di pakai dan hanya menjadi pajangan.

Andine beralih menatap lemari yang berada di dapur, lalu dengan segera ia membuka setiap lemari berharap ada makanan instan atau apapun itu yang bisa ia makan, tapi lagi - lagi tidak ada makanan apapun.

Andine menghela nafas beratnya. "Apa aku harus menahan rasa lapar ku ini sampai Leo pulang, tapi jam berapa Leo akan pulang." Ucap Andine pada dirinya sendiri.

Ia berjalan lemas kearah ruang tamu.
Lalu la mendudukkan dirinya di salah satu sofa sambil memegangi perutnya yang terasa semakin lapar.

Andine ingin sekali rasanya menelefon managernya itu tapi ponsel miliknya sengaja ia matikan agar tidak ada orang yang bisa melacak keberadaan nya. Ia takut saat nanti ia membuka ponselnya orang langsung bisa melacak jejaknya.

"Tidak... Tidak, aku harus bisa menahan rasa laparku, aku yakin kalau aku tidur rasa laparku akan hilang."

Ucap Andine sambil mengelus perutnya dan membaringkan tubuhnya di atas sofa.

Andine mencoba untuk tidur sambil menunggu kedatangan managernya itu yang entah kapan akan kembali. Tapi sekalipun matanya terpejam kantuk tidak juga datang, bahkan yang ada perutnya terus saja berbunyi dan bahkan terdengar semakin kencang.

Andine berusaha tidak memperdulikan rasa laparnya dan mulai mencari posisi yang lain barangkali dengan begitu ia bisa tidur. Tapi usahanya terasa sia - sia karena sekeras apapun ia mencoba untuk tidur, sekeras itu juga rasa lapar melandanya. Padahal ia sudah mencoba berbagai macam posisi tidur yang lain.

"Sial... Kenapa aku tidak bisa tidur sama sekali." Gerutu Andine yang akhirnya memilih untuk duduk
di sofa.

Andine melirik kearah telefon rumah yang ada di meja samping sofa yang ia duduki sekarang.

Menikah Karena Perjanjian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang