6|| SALAH PAHAM

37 3 0
                                    

ANALDI STORY 🌻

6|| SALAH PAHAM

“Mencintai bukan dicintai itulah prinsip laki laki.Reza Arkana

Kalo bisa dua ngapain harus satu kalo udah ada aku ngapain cari yang baru.” Farhan Farid

Bibi Aldi datang membuat Aldi langsung membawanya. “Siapa yang sakit teh???” Tanya Sinta kepada Fina. “Tuh pacarnya si Aldi.” Balas Fina menunjuk dengan dagunya ke arah Ana, Sinta mendekat lalu mengeceknya tak butuh waktu Sinta telah selesai mengecek kondisi Ana. “Kenapa Sin???” Tanya Fina membuat Sinta tersenyum. “Biasa kalo wanita lagi mens suka gini pusing ya kadang pingsan karna mereka kekurangan darah, bentar lagi bangun tuh.”  Balas Sinta membuat Fina tenang.

Akila duduk di samping tubuh Ana dengan tersenyum hangat. “Mah teteh baru Akila???” Tanya polos Akila membuat Fina dan Sinta tertawa. “Tanya Aa atuh.” Balas Fina membuat Akila menatap ke arah Aldi. “Teteh baru Akila???” Tanya Akila membuat Aldi sedikit bingung lalu mengangguk. “Yeyey akhirnya Akila punya teteh perempuan.” Akila dengan senang. “Akila mau ikut mamah ke bawah apa disini???” Tanya Fina. “Akila disini tunggu teteh baru.”  Balas Akila membuat Fina mengangguk lalu pergi bersama Sinta.

“Akhirnya kamu punya pacar juga.” Ucap Sinta memegang bahu Aldi lalu pergi. “Bi.” Aldi agak kesal kepada bibi satunya ini yang belum nikah, Aldi duduk di sofa depan kasurnya sedangkan Akila tengah memainkan tangan Ana. “Akila ga boleh kaya gitu ga sopan.”  Ucap Aldi membuat Akila mengangguk patuh tak lama Ana sadar dan wajah yang pertama kali ia lihat adalah wajah polos anak kecil. “Hallo teteh.”  Sapa Akila membuat Ana bangun dari tempat tidur dan melihat ke sekeliling. “Gw dimana???” Tanya Ana memegang dahinya yang agak pusing. “Lo dirumah gw.”  Balas Aldi bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah Ana. “Ia teh teteh ada di rumah A Aldi.” Sahut Akila membuat Aldi mengangguk.

Ana mengangguk lalu menatap wajah Akila yang imut. “Siapa namanya sayang???” Tanya Ana memegang kedua pipi Akila membuat Aldi iri. “Nama aku Akila kalo nama teteh siapa???” Tanya Akila. “Nama teteh Ana , nama kamu cantik kaya orang nya.”  Ana membuat Akila malu. “Ah teteh bisa aja buat Akila malu.”  Akila memeluk tubuh Ana. “Heh heh heh.”  Aldi melihat itu agak iri membuat Ana dan Akila menatapnya. “Iri bilang bos.” Ucap Akila membuat Ana terkekeh. “Kita ke mamah yu Teh.”  Ujar Akila membuat Ana mengangguk mereka pergi meninggalkan Aldi.

Akila turun memegang tangan Ana membawanya ke mamahnya. “Mah.”  Ujar Akila membuat Fina dan Sinta melihatnya. “Eh Ana udah sadar???”  Tanya Fina membuat Ana mengangguk. “Kayaknya Akila seneng banget punya teteh ya.” Ujar Sinta membuat Akila mengangguk lalu menyuruh Ana duduk di sampingnya. “Makanya cepetan Aldi disuruh nikah jodohnya kan udah ada.”  Ucap Sinta kepada Fina. “Masih SMA belum bisa nikmatin aja masa mudanya kalo udah nikah mah palingan juga mentok punya anak.”  Balas Fina. “Adanya juga kamu.”  Lanjut Fina membuat Sinta terkekeh. “Belum waktunya teh tar kalo udah waktunya.”  Balas Sinta melihat jam tangannya. “Udah ya Teh Sinta harus nugas dulu, Assalamualaikum.” Sinta mencium punggung tetehnya itu.

“Dah Akila dah Ana.”  Sinta membuat Ana tersenyum. “Eh Ana kamu perempuan pertama yang dibawa sama Aldi.” Lanjut Sinta membuat Ana binggung. “Mah, pengen kopi.”  Faro ayah Aldi datang langsung duduk di sofa tanpa menyadari ada seseorang yang datang. “Yah liat siapa yang datang.”  Ucap Akila mengenalkan Ana, Faro melihat ke samping Akila ternyata perempuan seumuran Aldi. “Ehh siapa itu Akila???” Tanya Faro. “Ini Teh Ana pacarnya A Aldi.”  Balas Akila membuat Ana kaget tentunya. “Si Aldi itu punya pacar? Cepet juga tuh anak carinya.”  Ujar Faro.

“Nih Yah kopinya.”  Fina memberikan kopi kepada Faro. “Tadi kok ada Sinta siapa yang sakit???” Tanya Faro menyeruput kopinya. “Oh nih pacarnya Aldi pingsan.” Balas Fina membuat Faro menghentikan aktivitas minum kopinya. “Pingsan???” Tanya Faro membuat Akila dan Fina mengangguk, Faro melihat ke arah Ana. “Diapain kamu sama si Aldi sampe pingsan? Kalo di Aldi macem macem kasih tau Om biar om hajar tuh ketua NBC.”  Ucap Faro membuat Ana menggeleng. “Isss ai si ayah Ana pingsan gara gara kekurangan darah yah.”  Fina meluruskan membuat Faro mengangguk angguk, Aldi datang sudah ada kedua orangtuanya. “Ayo pulang.” Aldi menarik tangan Ana tapi tangan sebelahnya di pegang Akila.

“Ga boleh teteh Ana tetep di sini.” Balas Akila. “Akila sayang tetehnya mau mandi.”  Ucap Aldi . “Iya sayang tetehnya mau mandi tar kalo ga mandi bau.”  Faro membuat Akila melepaskannya. “Tar kapan kapan teteh main lagi deh.”  Ucap Ana membuat Akila tersenyum, lalu Ana mencium punggung tangan Fina dan Faro. “Duluan ya om tante.” Ucap Ana membuat kedua orang tua Aldi mengangguk. “Kapan kapan main lagi ya.” Ucap Fina membuat Ana mengangguk.

“Mah Yah Aldi main dulu ya, assalamualaikum.” Aldi langsung keluar bersama Ana, Aldi masuk kedalam mobilnya diikuti oleh Ana juga masuk di sebelah nya hari sudah larut malam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. “Kenapa Lo bilang kalo gw pacar Lo???” Tanya Ana mulai membahas. “Ya karna mau bilang siapa lagi itu kakak gw.”  Balas Aldi.

“Setidaknya Lo bilang gw itu temen bukan pacar kan sekarang jadi repot emang ya kalo gw sama Lo tuh bawaannya sial mulu.” Ucap Ana membuat Aldi menghentikan mobilnya mendadak. “Apa Lo bilang? Gw pembawa sial???” Tanya Aldi membuat kaget pasalnya nada yang Aldi bicarakan agak tinggi. “Iyalah dari hari dimana gw ketemu Lo sampe sekarang ga jauh dari kata sial.”  Balas Ana tak takut.

“Keluar dari mobil gw sekarang.”  Aldi dengan nada yang sangat dingin. “Tapi—.”  Ana terhenti. “Keluar gw bilang.” Aldi semakin emosi, Ana langsung keluar tak lupa menutupnya dengan kencang, mobil Aldi pergi meninggalkan Ana sendiri, Ana berjalan di trotoar jalan entah jalan mana untungnya banyak motor dan mobil yang berlalu lalang di jalan. “Aldi anjing.” Hina Ana kesal, di mobil Aldi tak tahan dengan cacian Ana tapi di satu sisi lain dirinya telah menelantarkan Ana, dari awal Aldi yang membawa Ana ke rumahnya tapi Ana tak di pulangkan, Aldi memutuskan untuk berbalik arah ke tempat dirinya membuang Ana.

Ana duduk di halte berharap ada bis ataupun angkutan umum lainnya, telpon abangnya sama aja bohong hpnya tinggal satu persen, Ana memeluk tasnya entah sampai kapan dirinya disini Ana tidak tau, mobil sport hitam berhenti di depan Ana, Aldi keluar dan langsung mendekat ke arah Ana. “Masuk.”  Ucap Aldi sangat dingin, sedangkan Ana hanya diam tak memperdulikan Aldi. “Masuk.” Aldi sekali lagi. “MASUK.”  Teriak Aldi membuat sebagian orang melihat ke arahnya, Ana berdiri lalu berjalan masuk betisnya di tendang oleh Aldi membuat Ana meringis di dalam hati.

Ana masuk begitu juga Aldi di mobil hanya ada suara mesin tidak ada percakapan apapun sampai di rumah pun baik Ana maupun Aldi tak yang berbicara satupun begitu juga saat Ana masuk dan mobil Aldi berjalan, paginya Ana masuk kedalam kelas dengan kakinya yang pincang akibat tendangan di betis Ana kemarin membuat betisnya berwarna biru kontras dengan warna kulitnya yang berwarna putih dan sudah satu Minggu dirinya bersekolah di sini . “Ana kenapa Lo???” Tanya Cika melihat Ana pincang. “Di betis Lo biru.” Sahut Distra. “Mana mana???” Tanya Cika melihat betis Ana dan memang terlihat biru berbentuk bulatan.

“Ah betis gw kena tangga.” Balas Ana tak masuk akal tapi Cika mah iya iya aja, Ana duduk Cika juga duduk di kursi depannya sedangkan Distra di kursi sampingnya. “Mmm Cika kalo si Aldi di sekolah tuh sifatnya kek gimana sih???” Tanya Ana kepo. “Kenapa nanya???” Tanya Cika. “Ciee dah suka sama dia ya.”  Goda Cika membuat Ana menggeleng. “Bagi gw sifat si Aldi tuh ga suka basa basi mau dia cowo mau dia cewe kalo menganggu orang terdekat si Aldi dia sikat.” Cika mulai menceritakan. “Dulu ada cewe yang cari masalah sama si Aldi ya sama si di balas juga lah.”  Lanjut Cika. “Di pukul???” Tanya Ana. “Si Aldi jarang main tangan sama cewe dia pake taktik yang jarang orang lain ketahui.” Balas Cika.

“Jarang main tangan sama cewe? Lah waktu kemarin tendang betis gw itu apaan???”  Batin Ana.

“Kenapa sih Lo nanya kek begituan???” Tanya Cika membuat Ana tersadarkan dari lamunannya. “Ah engga gw mau tanya aja sama lo.”  Balas Ana membuat Cika mengangguk.

Ramein

ANALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang